Tautan-tautan Akses

Pandemi Covid-19, Hampir Setengah Miliar Anak-Anak Tak Punya Akses ke PJJ


Seorang siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumahnya di San Francisco, AS, 19 Maret 2020. (Foto: dok). Data UNICEF menyatakan hampir sepertiga murid sekolah di dunia tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.
Seorang siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumahnya di San Francisco, AS, 19 Maret 2020. (Foto: dok). Data UNICEF menyatakan hampir sepertiga murid sekolah di dunia tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.

Dengan jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia melampaui angka 24 juta, termasuk lebih dari 824 ribu kematian, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menyatakan hampir sepertiga murid sekolah di dunia tidak dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sebuah laporan yang dikeluarkan UNICEF hari Rabu (26/8) menyebutkan bahwa dari 1,5 miliar anak-anak yang terpaksa tidak dapat mengikuti pelajaran di kelas karena pandemi, sekitar 463 juta di antaranya tidak memiliki peralatan atau akses elektronik untuk melanjutkan pelajaran mereka melalui televisi, radio atau internet.

UNICEF menyatakan 49 persen anak-anak di kawasan sub-Sahara Afrika tidak dapat mengakses PJJ apapun. Di Afrika Barat dan Tengah angkanya adalah 48 persen, dan di Afrika Utara serta Timur Tengah angkanya adalah 40 persen. Lebih dari 200 juta anak-anak di Asia Selatan, Asia Timur dan kawasan Pasifik tidak mampu melanjutkan pendidikan di luar ruang kelas mereka.

“Banyaknya anak-anak yang pendidikannya terputus sama sekali selama berbulan-bulan merupakan situasi darurat pendidikan global,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore. “Dampaknya dapat dirasakan dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan dalam beberapa dekade mendatang,” lanjutnya.

Di Myanmar, seluruh tiga juta orang yang tinggal di negara bagian Rakhine yang rusuh menjalani situasi hampir sepenuhnya lockdown dengan meningkatnya jumlah kasus baru Covid-19.

Sebagian besar, dari 100 lebih kasus baru yang dilaporkan di Myanmar dalam beberapa hari ini, ditemukan di Rakhine, di mana fasilitas layanan kesehatan tidak memenuhi standar dan sangat terbatas jumlahnya.

Seorang pria mengenakan masker di tengah pandemi Covid-19 di Sittwe, Rakhine, Myanmar, 27 Agustus 2020. (REUTERS/Stringer)
Seorang pria mengenakan masker di tengah pandemi Covid-19 di Sittwe, Rakhine, Myanmar, 27 Agustus 2020. (REUTERS/Stringer)

Hanya satu orang dari setiap keluarga yang diizinkan meninggalkan rumah untuk berbelanja keperluan esensial berdasarkan peraturan karantina baru yang diberlakukan di Rakhine.

Rakhine dihuni juga oleh ratusan ribu warga etnis Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsi menyusul pertempuran antara militer dan pemberontak dari etnis minoritas Rohingya. Para pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa virus corona dapat menyebar di kamp-kamp yang penuh sesak. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG