Tautan-tautan Akses

Skandal Penerimaan Masuk Universitas AS Tunjukkan Masih Adanya Kesenjangan


Aktris Hollywood Lori Loughlin dan Felicity Huffman terlibat "skandal penyuapan" agar putra mereka bisa masuk perguruan tinggi ternama di AS.
Aktris Hollywood Lori Loughlin dan Felicity Huffman terlibat "skandal penyuapan" agar putra mereka bisa masuk perguruan tinggi ternama di AS.

Lebih dari 50 orang telah didakwa sejauh ini dalam skandal penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi Amerika yang mengungkapkan konspirasi oleh orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas-universitas terkenal di Amerika.

Berita itu telah memicu diskusi tentang ketidaksetaraan dalam pendidikan tinggi. Bintang-bintang Hollywood adalah di antara belasan orang yang dituduh terlibat dalam salah satu skandal terbesar dalam penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi di Amerika..

Mereka dituduh menyuap pelatih olah raga dan pejabat perguruan tinggi untuk membantu anak-anak mereka masuk ke universitas-universitas elit seperti Yale dan University of Southern California. Uang yang digunakan untuk suap itu diduga disalurkan melalui badan amal palsu.

Skandal itu adalah gejala kompetisi yang semakin ketat untuk masuk perguruan tinggi, kata Daniel Golden dari ProPublica, yang menulis secara luas tentang topik ini selama lebih dari satu dekade. ProPublica adalah organisasi nirlaba Amerika yang berbasis di Kota New York yang bertujuan menghasilkan jurnalisme investigatif demi kepentingan umum.

“Ketika perguruan tinggi menjadi semakin selektif, orang tua menjadi semakin cemas, dan kita tahu, kita memiliki banyak ketimpangan pendapatan di negara ini, jauh lebih parah dibandingkan dengan waktu ketika saya menulis buku saya. Jadi, ada banyak sekali miliarder di luar sana yang khawatir tentang bagaimana anak-anak mereka bisa masuk ke perguruan tinggi terbaik dan mereka akan menyumbangkan banyak uang,” ulas Daniel Golden.

Untuk saat ini, Departemen Kehakiman tidak menuntut universitas yang terlibat, dengan alasan bahwa universitas juga menjadi korban dan tidak tahu tentang kekurangan yang terjadi. Tetapi para ahli mengatakan skandal itu menodai gengsi universitas-universitas elit yang menjadi sasaran.

Kathleen Struck, editor pelaksana di VOA mengatakan, “Amerika Serikat suka beranggapan bahwa kita lebih baik dari yang lain. Orang-orang bisa datang dari seluruh pelosok dunia ke Amerika Serikat untuk menuntut ilmu di sini. Jika kita bekerja keras dan melakukannya dengan baik, kita dapat meraih mimpi emas itu, bukan? Nah di sini, sepertinya jika kita dapat membayar untuk bisa masuk ke universitas, maka hal itu berarti mengurangi kesempatan untuk anak-anak yang mungkin bisa berprestasi sangat baik, tetapi tidak memiliki sumber daya yang sama dengan anak-anak orang kaya.”

Memilih perguruan tinggi atau universitas untuk kuliah bisa terasa sangat memeras otak - tetapi para ahli mengatakan itu penting untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar.

Paul McDonald adalah Direktur Eksekutif Senior di Robert Half Internasional atau yang biasa disebut sebagai Robert Half, yang merupakan sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia global yang berbasis di Menlo Park, California.

Paul mengatakan, “Apakah saya akan kuliah di perguruan tinggi dua tahun? Apakah saya akan bekerja pada malam hari untuk membayar kuliah? Apakah saya akan pindah ke perguruan tinggi empat tahun? Apakah saya kuliah secara online? Semua itu harus menjadi faktor karena tidak semua orang bisa masuk ke universitas elit. Tidak semua orang bisa masuk ke perguruan tinggi terkenal. Begitu juga, bagaimana dengan pembayaran utang untuk uang kuliah? Jika kita melakukannya dengan cerdas, dan kita membuat peta atau rencana karier yang bagus dengan seseorang, penasihat tepercaya, maka pendidikan di perguruan tinggi benar-benar akan memberikan hasil yang baik bagi kita.”

Seiring dengan datangnya musim wisuda bagi para siswa yang lulus dan tamat SMA pada musim semi ini, maka kompetisi untuk masuk perguruan tinggi di Amerika semakin ketat. (lt)

XS
SM
MD
LG