Tautan-tautan Akses

Pembatalan Pembicaraan Hambat Hubungan India-Pakistan


Pasukan penjaga perbatasan India melakukan patroli di Kashmir, dekat perbatasan Pakistan (foto: dok). Persoalan Kashmir menjadi isu sensitif hubungan India-Pakistan.
Pasukan penjaga perbatasan India melakukan patroli di Kashmir, dekat perbatasan Pakistan (foto: dok). Persoalan Kashmir menjadi isu sensitif hubungan India-Pakistan.

Keputusan India membatalkan pembicaraan dengan Pakistan menghambat peningkatan hubungan yang dimulai tiga bulan lalu ketika pemerintah PM Narendra Modi berkuasa di New Delhi.

India membatalkan pembicaraan menteri luar negeri India dan Pakistan pekan depan setelah Komisaris Tinggi Pakistan Abdul Basit di New Delhi bertemu pemimpin separatis Kashmir hari Senin (18/8) meski pejabat-pejabat India dengan tegas memperingatkan bahwa pertemuan itu akan berisiko pada dialog tersebut.

Komisaris Tinggi Pakistan bertemu lagi dengan para pemimpin separatis Kashmir hari Selasa, sehingga India semakin marah. Ketika pertemuan berlangsung, aktivis melancarkan protes di depan kantor Komisi Tinggi Pakistan.

Pemerintah India sebelumnya juga keberatan atas interaksi antara diplomat-diplomat Pakistan dan separatis Kashmir, tetapi mereka menoleransinya.

Namun, Neelam Deo, mantan diplomat dan direktur think tank 'Gateway House' di Mumbai, mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah mengirim pesan yang jelas bahwa Pakistan harus memilih antara berunding dengan pemerintah India atau dengan separatis.

“Tindakan sangat tidak bersahabat itu selalu dilakukan Pakistan sehingga menyebabkan hubungan tidak bergerak maju. India sudah menegaskan sikapnya kepada Pakistan. Pakistan memilih melakukan tindakan provokatif, walau sudah dinasihati oleh India apa yang sebaiknya dilakukan dalam situasi itu," papar Dio.

Pukulan bagi prospek perdamaian itu muncul tiga bulan setelah Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menghadiri pelantikan Modi. Peristiwa itu semula menimbulkan harapan adanya peningkatan hubungan antara kedua negara di Asia Selatan yang bersaing itu.

Menurut pakar Asia Selatan S.D. Muni dari Institut Kajian dan Analisis Pertahanan di New Delhi, kelanjutan pembicaraan itu tergantung pada Pakistan, apakah akan tetap menempatkan masalah Kashmir sebagai isu terpenting.

Tetapi, Muni menyatakan, mungkin itu sulit karena Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mendapat tekanan kuat dari saingan-saingannya di dalam negeri.

"Saya menganggapnya sebagai hambatan kecil dan tidak serius. Tetapi apakah hambatan kecil itu akan hilang, bergantung pada apakah Pakistan akan terus menggunakan isu yang sangat sensitif tadi, yang sulit diterima oleh pemerintah India yang didominasi kelompok Hindu," ujarnya.

Keputusan membatalkan dialog itu muncul ketika India juga menuduh Pakistan melakukan serangkaian pelanggaran gencatan senjata di Kashmir dalam beberapa hari terakhir.

Kashmir terbagi antara Kashmir-India dan Kashmir-Pakistan, dan menjadi pemicu dua dari tiga perang antara kedua negara.

Recommended

XS
SM
MD
LG