Tautan-tautan Akses

Serangan Trump Terhadap Media Berita Picu Kontroversi


Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington, 16 Februari 2017. (REUTERS/Kevin Lamarque).
Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington, 16 Februari 2017. (REUTERS/Kevin Lamarque).

Para jurnalis dan pembela kebebasan pers bereaksi keras terhadap kecaman Presiden Donald Trump yang semakin sengit terhadap media berita di Amerika. Reporter VOA Michael Bowman melaporkan, sejumlah legislator AS mengungkapkan pandangan yang beragam, sementara Senator Partai Republik John McCain mengatakan, menindas kebebasan pers adalah hal yang awalnya biasa dilakukan para diktator.

Satu hari setelah menyebut sejumlah media berita terkemuka “musuh rakyat Amerika”, Presiden Trump melanjutkan serangannya terhadap media berita dalam sebuah rapat akbar di Florida akhir pekan lalu.

"Mereka menjadi bagian besar dari masalah, mereka bagian dari sistem yang korup. Manakala media berbohong kepada rakyat, saya tidak akan membiarkan mereka. Saya akan melakukan apa saja agar mereka tidak bisa melakukannya. Mereka punya agenda sendiri, dan agenda itu bukan agenda kalian,” kata Trump.

"Ini yang biasa Anda dengar dari diktator-diktator yang memiliki kemampuan memimpin yang rendah. Mereka ingin mengontrol semua informasi,” kata Adam Schiff, anggota DPR dari Partai Demokrat mengatakan dalam program televisi ABC This Week.

Para legislator dari kedua partai memang sering mengeluhkan liputan berita namun mereka membela kebebasan pers dan memprihatinkan pernyataan Trump.

"Dari semua yang ia katakan sejak menjadi presiden atau sejak pemilu, bagi saya, ini pandangannya yang paling mengkhawatirkan terkait Amandemen Pertama Konstitusi. Ia mengangga organisasi-organisasi berita sebagai musuh rakyat. Nixon saja tidak melangkah hingga sejauh itu," kata Schiff.

Seorang senator Partai Republik menanggapi pernyataaan Trump di jejaring Sosial Twitter dengan memposkan sebagian pernyataan dari Amandemen Konstitusi yang menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan pers.

Sejumlah senator Partai Republik lainnya, termasuk Rand Paul, tidak menganggap serius kontroversi itu. "Saya menganggap Presiden Trump mengungkapkan pendapatnya dengan caranya sendiri. Namum saya tidak melihat bukti bahwa ada yang mengajukan legislasi untuk membatasi pers,” katanya dalam Program ABC This Week.

Sementara itu, Senator Mitch McConnell, juga dari Partai Republik, menyatakan, "Saya bukan penggemar cuitan harian Trump di Twitter. Namun saya penggemar apa yang benar-benar dia lakukan.”

Sejumlah orang terdekat Trump tidak mendukung pernyataan presiden.

"Saya pernah bertikai sengit dengan pers, namun menurut saya pers adalah sebuah lembaga konstituen yang diakui keberadaannya. Saya sendiri tidak punya masalah dengan pers,” kata Menteri Pertahanan James Mattis.

Sementara protes-protes anti-Trump berlangsung sporadis di berbagai penjuru Amerika, para pendukung paling keras Trump menyuarakan pendapat yang sama dengan presiden baru itu.

Hamilton Campos adalah satu di antara mereka. "Ia benar, karena, sayangnya, kebanyakan media berita mendistorsikan dan memutar balik fakta untuk kepentingan mereka sendiri. Anda tahu, media-media berita mengharapkan Hillary Clinton memenangkan pemilu, dan kenyataannya ia tidak menang.’

Sewaktu menggalang dukungan, Trump tampaknya juga mengukuhkan tekad kelompok-kelompok yang bermaksud mempersoalkan pemerintahannya di pengadilan. Organisasi-organisasi hak-hak sipil mengaku, mereka menerima sumbangan yang kian meningkat sejak inagurasi bulan lalu. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG