Tautan-tautan Akses

Presiden Yoon: AS, Korsel Bahas ‘Latihan Nuklir’


Dua jet pembom AU AS (atas C), jet tempur AU Korsel (kanan) terbang di atas Semenanjung Korea Selatan selama latihan udara bersama. Kedua negara terlibat dalam pembicaraan yang dapat memberi Seoul peran lebih besar dalam pengoperasian kekuatan nuklir AS, (Foto: AFP)
Dua jet pembom AU AS (atas C), jet tempur AU Korsel (kanan) terbang di atas Semenanjung Korea Selatan selama latihan udara bersama. Kedua negara terlibat dalam pembicaraan yang dapat memberi Seoul peran lebih besar dalam pengoperasian kekuatan nuklir AS, (Foto: AFP)

AS dan Korea Selatan terlibat dalam pembicaraan yang dapat memberi Seoul peran lebih besar dalam pengoperasian kekuatan nuklir AS, kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

Dalam wawancara yang diterbitkan hari Senin di harian Korea Selatan Chosun Ilbo, Yoon mengatakan pembahasan berpusat pada perencanaan dan latihan bersama dengan kekuatan nuklir AS – pengaturan yang menurutnya akan memiliki efek yang sama seperti “berbagi nuklir.”

“Senjata nuklir milik AS, tetapi Korea Selatan dan AS harus berbagi informasi bersama, merencanakan, dan berlatih bersama. AS juga merasa cukup positif mengenai gagasan ini,” kata Yoon.

Para pejabat AS belum mengukuhkan perundingan semacam itu. Tetapi pada masa lalu mereka mengesampingkan gagasan berbagi nuklir dengan Korea Selatan. Ketika diminta berkomentar, militer AS di Korea Selatan memberi VOA rujukan ke Pentagon, yang tidak segera menanggapi.

Pasukan Korea Selatan dan AS menggelar latihan militer gabungan pada 2-7 Maret dengan nama sandi "Key Resolve." (Foto: AFP)
Pasukan Korea Selatan dan AS menggelar latihan militer gabungan pada 2-7 Maret dengan nama sandi "Key Resolve." (Foto: AFP)

AS belum menempatkan senjata nuklir di Korea Selatan sejak awal 1990-an, sewaktu negara itu menarik senjata nuklir taktis dari Semenanjung Korea sebagai bagian dari kesepakatan perlucutan senjata dengan Uni Soviet. Namun, Korea Selatan dilindungi oleh “payung nuklir” AS, di mana Washington berjanji akan menggunakan semua kemampuannya, termasuk senjata nuklir, untuk membela sekutunya ini.

Dalam wawancara itu, Yoon mengatakan gagasan semacam itu telah ketinggalan zaman. “Apa yang kami sebut ‘pencegahan yang diperluas’ berarti AS akan mengurus semuanya, sehingga Korea Selatan tidak perlu khawatir tentang itu,” kata Yoon. “Tetapi sekarang, sulit sekali meyakinkan rakyat kami dengan gagasan ini saja.”

Dihadapkan pada negara tetangganya, Korea Utara, yang bersenjata nuklir dan semakin bersikap bermusuhan, semakin banyak orang Korea Selatan terkemuka yang menyerukan agar negara itu memiliki penangkal nuklir sendiri.

Menurut jajak pendapat yang diterbitkan hari Senin oleh organisasi Hankook Research yang berbasis di Seoul, 67% warga Korea Selatan mendukung negara mereka memiliki senjata nuklir, 70% dari responden berasal dari kalangan konservatif dan 54% berhaluan liberal. Jajak pendapat itu konsisten dengan banyak survei pendapat umum lainnya dalam beberapa tahun belakangan.

Sebagai kandidat presiden pada tahun 2021, Yoon yang berhaluan konservatif mengatakan ia akan meminta AS untuk kembali mengerahkan senjata nuklir taktisnya atau memasuki pengaturan a la NATO di mana warga Korea Selatan akan dilatih untuk menggunakan senjata nuklir AS dalam konflik. Departemen Luar Negeri AS segera menolak proposal tersebut.

Sejak menjadi presiden, Yoon lebih sering membungkam mengenai gagasan semacam itu. Ia malah berfokus pada bidang-bidang kesepakatan. Misalnya, memuji AS karena meningkatkan pengerahan aset strategisnya, seperti bomber jarak jauh yang berkemampuan nuklir dan kapal-kapal induk, ke kawasan tersebut.

Dalam wawancara itu, Yoon mengatakan bahwa meskipun AS tetap merasa tidak nyaman dengan frasa itu, usulannya “pada dasarnya … sama dengan berbagi nuklir.” [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG