Tautan-tautan Akses

Polisi dan Demonstran Bentrok dalam Protes Film Anti-Islam di Jakarta


Polisi melemparkan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang memrotes film 'Innocence of Muslims' di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, Senin (17/9).
Polisi melemparkan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang memrotes film 'Innocence of Muslims' di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, Senin (17/9).

Unjuk rasa menentang film 'Innocence of Muslims' di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta berakhir dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat kepolisian.

Munculnya film Innocence of Muslims, terus menuai kecaman dan protes keras dari umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia. Senin, ratusan orang pengunjuk rasa dari Forum Umat Islam melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia dan kantor Kedubes AS Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta. Saat demonstran berunjuk rasa di Bundaran HI, suasana masih berlangsung tertib.

Namun saat massa demontran melakukan aksi di depan kantor Kedubes AS, suasana damai, berubah menjadi ricuh. Massa FUI ini melempari kantor Kedubes AS dengan batu dan ketapel yang diisi dengan kelereng dan mur.

Melihat situasi itu, aparat polisi membubarkan dan menangkap massa demonstran. Pembubaran massa itu dilakukan melalui tembakkan peluru hampa ke udara, dan lontaran gas air mata.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris besar Polisi Rikwanto menjelaskan, aksi unjuk rasa semula berlangsung tertib. Namun ada provokator dari ratusan orang massa pengunjuk rasa Forum Umat Islam (FUI) yang melakukan pelemparan ke kantor kedubes AS dan juga kepada aparat keamanan. 5 orang pengunjuk rasa ditangkap oleh aparat polisi.

Aparat Brimob Polda Metro Jaya dikerahkan untuk menjaga gedung Kedutaan Besar AS di Jakarta, Senin 17/9) (foto: VOA/Andylala).
Aparat Brimob Polda Metro Jaya dikerahkan untuk menjaga gedung Kedutaan Besar AS di Jakarta, Senin 17/9) (foto: VOA/Andylala).
Rikwanto mengatakan, "Demo itu sebelumnya berlangsung tertib, Cuma kemudian ada provokasi dari pihak mereka dengan melempar petugas itu ya. 5 orang kita tangkap karena anarkis. Mereka melakukan aksi pelemparan dengan menggunakan ketapel yang dipasangi kelereng dan mur. Demo itu dibolehkan dan diatur oleh undang-undang. Yang gak boleh itu merusak, melukai orang, mengganggu aktivitas masyarakat dan lalu lintas. Jadi kalo ada demo yang anarkis, ya kita tangkap. Tapi kalo tertib, ya kita kawal sampai demonya selesai."

Rikwanto menambahkan, akibat bentrokkan antara massa FUI dengan aparat polisi, 11 orang anggota polisi dan 1 orang pengunjuk rasa luka-luka.

"11 orang Petugas ada yang kena lemparan batu. Ada pula yang kena ketapel. 8 orang petugas dirawat di mobil ambulan yang ada di lokasi kejadian. 3 orang dirawat di RSPAD Gatot Subroto. Sementara dari pengunjuk rasa ada 1 orang luka-luka," ujar Rikwanto.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan mengaku setuju dengan aksi-aksi menentang film 'Innocence of Muslims'. Namun ia mengingatkan agar demo itu berlangsung dengan damai. Atas peristiwa bentrokkan itu, Amidhan menilai kurang adanya koordinasi antara aparat polisi dengan tokoh-tokoh pengunjuk rasa.

"Kalau demonya saya setuju, karena penghinaannya luar biasa terhada Islam dan Nabi Muhammad SAW. Tapi caranya untuk unjuk rasa itu. kalau unjuk rasa boleh, tapi harus sejuk dan damai, karena sesuai dengan Islam itu artinya damai, dan Muhammad itu pembawa rahmah. Nah yang kejadian tadi, itu melanggar ketentuan. Bisa jadi ada kurang komunikasi antara aparat dengan tokoh-tokoh pengunjuk rasa," papar Amidhan.

Para demonstran yang marah membakar bendera Amerika di luar Kedutaan Besar AS di Jakarta. Para demonstran juga melemparkan bom-bom molotov dalam aksi hari Senin (17/9).
Para demonstran yang marah membakar bendera Amerika di luar Kedutaan Besar AS di Jakarta. Para demonstran juga melemparkan bom-bom molotov dalam aksi hari Senin (17/9).
Amidhan menambahkan kasus film ini sebenarnya tidak ada urusan dengan Pemerintah Amerika Serikat, karena ini adalah ulah dari seorang warga negaranya yang membuat film ini. Namun memang diakuinya, aksi-aksi ini selalu ditujukan ke Pemerintah Amerika Serikat.

Pemerintah Indonesia melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ikut mengeluarkan kecaman atas beredarnya film Innocence of Muslims. Presiden di tengah acara muktamar PBNU di Cirebon Jawa Barat mengatakan Pemerintah telah mengeluarkan kecaman keras atas beredarnya film itu karena telah melecehkan umat Islam.

Presiden SBY mengatakan, "Kali ini yang terus terang dilecehkan dan dinistakan adalah agama Islam dengan beredarnya sebuah film yang berjudul "Innocence of Muslims". Saya dan Pemerintah terus terang telah menyampaikan ketidak-senangan saya atas dibuatnya dan diedarkannya film seperti itu, yang menurut saya adalah bentuk pelecehan. Kalo hal itu dibiarkan, maka akan menyulut konflik dan benturan yang luas di seluruh dunia. Menimbulkan ketidaktentraman di antara pemeluk agama di dunia ini."

Demikian pernyataan resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam film anti-Islam tersebut.

Recommended

XS
SM
MD
LG