Hampir dua juta orang berkunjung ke pekan raya Minnesota State Fair untuk menikmati semua permainan dan belajar mengenai peninggalan pertanian negara bagian itu dan mensyukuri hal baru.
Di pekan raya itu ada acara Sing-Along atau menyanyi bersama di arena luar ruangan dengan 32 mikrofon.
Rachel Fadina, seorang pengunjung, mengatakan, “Saya senang bisa menyanyi semaunya dan bergurau dengan teman-teman atau melakukan apa saja, menyenangkan karena kita mengetahui lagu itu.”
Pengunjung lainnya, Sam Lepa, menambahkan, ”Menyenangkan bagi grup, karena kita bisa langsung menyanyi jika tahu lagu yang kita sukai.”
Tentu saja banyak orang malu untuk menyanyi di depan umum.
Lepa mengaku, “Kamar mandi biasanya tempat saya menyanyi.”
Wakil General Manager pekan raya itu, Renee Pearson menganggap mungkin itu penghalang daya tarik Sing-Along sewaktu pertama kali diadakan tahun lalu.
Ia memaparkan, “Di Minnesota, kami dijuluki “Minnesota Yang Baik” di mana orang-orang tidak selalu ingin tampil dan melakukan hal yang membuat mereka tidak nyaman. Awalnya kami agak khawatir apakah warga Minnesota benar-benar akan terlibat dan berpartisipasi.”
Tidak disangka-sangka mereka menikmatinya. Salah seorang penggagas Sing-Along, Melissa Mongiat, mengatakan meskipun serupa dengan gaya bernyanyi karaoke, tetapi acara ini lebih pada kebersamaan.
“Ini adalah acara bernyanyi bersama. Dalam karaoke orang menyanyi sendiri di depan khalayak dan berkenaan dengan kualitas penampilan, tetapi, dalam Sing-Along, orang bernyanyi bersama. Seperti menyanyi beramai-ramai,” tuturnya.
Kesuksesan Sing-Along raksasa ini telah membuat pelaksana acara-acara besar lainnya meminta tim Mongiat untuk merancang Sing-Along bagi mereka.
Di pekan raya itu ada acara Sing-Along atau menyanyi bersama di arena luar ruangan dengan 32 mikrofon.
Rachel Fadina, seorang pengunjung, mengatakan, “Saya senang bisa menyanyi semaunya dan bergurau dengan teman-teman atau melakukan apa saja, menyenangkan karena kita mengetahui lagu itu.”
Pengunjung lainnya, Sam Lepa, menambahkan, ”Menyenangkan bagi grup, karena kita bisa langsung menyanyi jika tahu lagu yang kita sukai.”
Tentu saja banyak orang malu untuk menyanyi di depan umum.
Lepa mengaku, “Kamar mandi biasanya tempat saya menyanyi.”
Wakil General Manager pekan raya itu, Renee Pearson menganggap mungkin itu penghalang daya tarik Sing-Along sewaktu pertama kali diadakan tahun lalu.
Ia memaparkan, “Di Minnesota, kami dijuluki “Minnesota Yang Baik” di mana orang-orang tidak selalu ingin tampil dan melakukan hal yang membuat mereka tidak nyaman. Awalnya kami agak khawatir apakah warga Minnesota benar-benar akan terlibat dan berpartisipasi.”
Tidak disangka-sangka mereka menikmatinya. Salah seorang penggagas Sing-Along, Melissa Mongiat, mengatakan meskipun serupa dengan gaya bernyanyi karaoke, tetapi acara ini lebih pada kebersamaan.
“Ini adalah acara bernyanyi bersama. Dalam karaoke orang menyanyi sendiri di depan khalayak dan berkenaan dengan kualitas penampilan, tetapi, dalam Sing-Along, orang bernyanyi bersama. Seperti menyanyi beramai-ramai,” tuturnya.
Kesuksesan Sing-Along raksasa ini telah membuat pelaksana acara-acara besar lainnya meminta tim Mongiat untuk merancang Sing-Along bagi mereka.
