Tautan-tautan Akses

Negara Bagian di Sudan Selatan Tutup Sebagian Perbatasan Karena Khawatir Wabah Ebola


Pekerja kesehatan memakamkan jenazah seorang wanita yang diduga mengalami kematian akibat terjangkit virus Ebola di kabupaten Boumi, pinggiran kota Monrovia, Liberia dalam foto yang diambil pada tanggal 20 Oktober 2014 (foto: AP Photo/Abbas Dulleh)
Pekerja kesehatan memakamkan jenazah seorang wanita yang diduga mengalami kematian akibat terjangkit virus Ebola di kabupaten Boumi, pinggiran kota Monrovia, Liberia dalam foto yang diambil pada tanggal 20 Oktober 2014 (foto: AP Photo/Abbas Dulleh)

Sebagian perbatasan Sudan Selatan dengan Republik Demokratik Kongo pekan lalu ditutup dalam usahanya untuk mencegah penyebaran wabah Ebola yang mematikan.

Pihak berwenang di Sudan Selatan menutup sebagian perbatasannya dengan Republik Demokratik Kongo pekan lalu dalam usahanya untuk mencegah penyerbaran wabah Ebola yang mematikan, yang dideklarasikan oleh the World Health Organization dibagian terpencil, sebelah utara Kongo dua pekan yang lalu.

WHO telah memastikan empat korban tewas akibat penyakit tersebut di Kongo. Lino Utu, wakil gubernur negara bagian Tambura, mengatakan pergerakan orang dan barang antara dua negara di kota perbatasan Ezo telah dibatasi hingga pemberitahuan lebih lanjut.

“Kami menutup perbatasan sementara karena wabah Ebola,” ujar Utu. “Kami telah diberi tahu penyakit tersebut telah ditemukan di Kongo. Apabila kami biarkan perbatasan terbuka, penyakit itu akan menyebar ke negara bagian Tambura.”

Ia mengatakan kawasan di sepanjang perbatasan dengan Kongo telah dipadati dengan aktivitas, “karena ke situlah waga Kongo membawa barang-barangnya, dan juga warga Tambur membawa barang-barangnya. Kawasan itu adalah sebuah pasar yang ramai.”

Uto mengatakan para dokter telah memastikan Ebola ditemukan di daging hewan liar, jadi para pejabat negara bagian telah melarang penjualan semua daging hewan liar di pasaran untuk sementara.

“Kami tidak dapat lagi mengizinkan penjualan daging hewan liar karena orang dengan mudah dapat tertular Ebola dari daging,” ujar Utu.

Menteri kesehatan diberitahu tentang langkah Tambura untuk menutup perbatasannya di Ezo hari Selasa.

Utu menyatakan para pekerja kesehatan internasional, termasuk mereka yang bekerja di WHO, bermitra dengan para pejabat daerah untuk mengedukasi publik cara penyebaran Ebola. “Ini adalah kampanye peningkatan kesadaran yang telah senantiasa disebarluaskan,” imbuhnya.

Utu telah menghimbau kepada WHO untuk mengirim para pakarnya ke Tambura untuk menyaring orang-orang yang terjangkit virus” dan memberi masukan kepada kami sejauh cara penularan Ebola dan bagaimana kami bisa mencegah penyebaran Ebola,” ujarnya, dengan menambahkan, “Saya sungguh-sungguh membutuhkan mereka untuk datang kepada kami langsung di negara bagian Tambura.”

Pihak berwenang di negara bagian Gbudue, yang juga berbatasan langsung dengan Kongo, telah melarang penjualan daging hewan liar di pasar Yambio, namun tetap membuka titik perlintasan perbatasan. Menteri informasi negara bagian Gbudue, Gibson Bullen Wande, mengatakan para petugas satwa liar mendorong peningkatan kesadaran tentang bahanya mengkonsumsi daging hewan liar. Ia mengatakan para pejabat negara bagian dan para LSM mitra kesehatan telah melatih dan mengerahkan para pekerja kesehatan di sepanjang perbatasan untuk memantau pergerakan pedagang daging hewan liar. “Kami juga telah mengizinkan para petugas kesehatan di sepanjang kawasan tersebut untuk memantau perdagangan daging hewan liar,” ujarnya.

Bullen mengatakan sejauh kepentingannya, itu adalah tanggung jawab pemerintah pusat untuk memutuskan apakah akan menutup perbatasan antara kedua negara.

Hari Selasa, direktur urusan satwa liar untuk negara bagian itu menyiarkan peringatan akan bahayanya mengkonsumsi daging hewan liar.

“Kami akan melarang penjualan semua daging hewan liar atau memperdagangkan daging hewan liar [karena] dari situlah orang-orang tertular Ebola,” ujar Bullen. [ww}

XS
SM
MD
LG