Tautan-tautan Akses

Menlu China: AS Miliki Persepsi yang Keliru terhadap China


Seorang penjual menyiapkan makanan dan minuman di sebuah gerai yang menampilkan bendera-bendera China dan Amerika yang berbentuk planet selama Karnaval Musim Semi di Beijing pada 13 Mei 2023. (Foto: AP)
Seorang penjual menyiapkan makanan dan minuman di sebuah gerai yang menampilkan bendera-bendera China dan Amerika yang berbentuk planet selama Karnaval Musim Semi di Beijing pada 13 Mei 2023. (Foto: AP)

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan pada Kamis (7/3) bahwa Amerika Serikat (AS) masih mempertahankan persepsi yang salah tentang China dan belum memenuhi "janjinya" meskipun ada beberapa kemajuan sejak Presiden Joe Biden dan Xi Jinping bertemu pada November yang lalu.

Dalam konferensi pers di sela-sela pertemuan parlemen tahunan di Beijing, Wang menyatakan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara hanya dapat dilanjutkan jika kedua belah pihak menghormati dan mengakui perbedaan mereka.

“Harus ditunjukkan bahwa persepsi keliru AS terhadap China terus berlanjut, dan janji-janji yang dibuat AS belum benar-benar dipenuhi,” kata Wang di Kongres Rakyat Nasional.

“Metode untuk menekan China terus diperbarui, dan daftar sanksi sepihak terus diperluas,” katanya.

Presiden Joe Biden menyambut Presiden China Xi Jinping di Filoli Estate di Woodside, California, pada 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik. (Doug Mills/The New York Times via AP)
Presiden Joe Biden menyambut Presiden China Xi Jinping di Filoli Estate di Woodside, California, pada 15 November 2023, di sela-sela konferensi Koperasi Ekonomi Asia-Pasifik. (Doug Mills/The New York Times via AP)

“Kejahatan” yang AS ingin tambahkan ke dalam daftar yang diduga dilakukan China “telah mencapai tingkat yang sulit dipercaya,” kata Wang.

Meski begitu, Biden menegaskan sebelumnya bahwa AS tidak akan mengupayakan Perang Dingin baru atau berupaya mengubah sistem China atau mendukung kemerdekaan Taiwan, kata Wang.

Dalam diskusi tahunan yang meliputi berbagai topik, Wang menunjukkan sikap yang relatif terukur saat ia juga membahas hubungan dengan Rusia dan konflik di Ukraina, Eropa, ekonomi yang terhambat di China, dan kecerdasan buatan atau AI.

Wang mengatakan China akan mengajukan rancangan resolusi mengenai AI ke Majelis Umum PBB, yang mencerminkan kebutuhan akan pembangunan dan keamanan.

“AI harus selalu berada di bawah kendali manusia,” katanya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kiri, dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi berjabat tangan saat pertemuan di Konferensi Keamanan Munich, Jerman, Jumat, 16 Februari 2024. (Wolfgang Rattay via AP)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kiri, dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi berjabat tangan saat pertemuan di Konferensi Keamanan Munich, Jerman, Jumat, 16 Februari 2024. (Wolfgang Rattay via AP)

Penurunan ‘Ketegangan’

Ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut sedikit mereda sejak Biden dan Xi mengadakan pertemuan puncak penting mereka di San Francisco pada November lalu. Namun mereka tetap berada dalam ketegangan yang tidak nyaman menjelang pemilu AS tahun ini yang dapat membuat Partai Republik China yang agresif terhadap Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Washington berulang kali menyatakan keinginannya untuk menstabilkan hubungan setelah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir akibat masalah seperti Taiwan, persaingan teknologi, perdagangan, dan insiden di mana AS menembak jatuh sebuah balon mata-mata yang diduga berasal dari China di lepas pantai timurnya.

China menuduh AS berusaha membendung dan menekan kebijakan pengembangan dan industri teknologi tinggi, sementara kedua militer saling mengawasi di tengah peningkatan penempatan di Asia Timur.

“Jadi kami mendesak AS untuk memahami tren sejarah perkembangan, melihat perkembangan China secara obyektif dan rasional (dan) secara aktif dan pragmatis melakukan interaksi dengan China.”

Beijing juga menghadapi konfrontasi geopolitik yang sedang berlangsung di berbagai bidang, termasuk dengan Eropa dalam hal perdagangan dan perang Ukraina, Jepang dalam berbagai masalah, serta Filipina mengenai Laut China Selatan, yang merupakan pusat persaingan klaim teritorial regional.

Wang mengatakan China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk mendorong kerja sama baru dan mengkonsolidasikan persahabatan.

China dan Rusia telah mendeklarasikan kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022 ketika Putin mengunjungi Beijing hanya beberapa hari sebelum ia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina, sehingga memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG