Mantan pegawai Facebook, Frances Haugen, yang mejadi whistleblower mengatakan kepada para anggota parlemen Inggris pada Senin (25/10) bahwa raksasa media sosial itu “tidak diragukan lagi” mempunyai pengaruh untuk memperbesar ujaran kebencian yang terjadi di dunia maya.
Dalam kesaksian di hadapan sebuah komite parlemen di London, Haugen mengulangi kembali apa yang dilaporkannya kepada para senator AS pada bulan ini.
Menurut Haugen, raksasa media sosial itu telah memicu kebencian dan ekstremisme online, serta tidak memiliki inisiatif untuk mengubah algoritmanya guna menyebarluaskan muatan yang tidak memecah belah.
Sebagai akibatnya, ia menmabahkan, Facebook pada akhirnya bisa memicu lebih banyak kekisruhan yang disertai kekerasan di seluruh dunia.
Menurut Haugen, algoritma Facebook dirancang untuk menggalakkan lebih banyak keterlibatan di kalangan pengguna dalam “memprioritaskan dan memperbesar muatan ekstrim yang dapat memecah belah dan menyebabkan polarisasi.”
Facebook tidak menanggapi kesaksian Haugen pada Senin itu. Sebelumnya pada bulan ini, Haugen bersaksi di hadapan komite Senat AS dan mengatakan perusahaan itu telah menghasilkan banyak kerugian dibandingkan keuntungan. Facebook sendiri telah menampik tuduhan Haugen.
“Argumen bahwa kami secara sengaja memasukkan muatan yang (dapat) membuat orang marah dan meraih keuntungan dari tindakan itu sangat tidak masuk akal,” kata CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Kesaksian Haugen itu muncul sementara sebuah koalisi dari organisasi berita pada Senin (25/10) mulai menerbitkan laporan tentang praktik-praktik Facebook yang didasarkan pada dokumen perusahaan yang secara rahasia telah dikopi dan disebar-luaskan oleh Haugen.
Haugen adalah mantan manajer produk di Facebook dan menjadi seorang whistleblower atau pelapor dari dalam perusahaan. [jm/lt]