Tautan-tautan Akses

Mahasiswa ASEAN Bahas Energi Terbarukan di Mojokerto


Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Joaquin F. Monserrate bersama mahasiswa ASEAN peserta Camp Project bidang energi di Trawas, Mojokerto (Foto: VOA/Petrus)
Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Joaquin F. Monserrate bersama mahasiswa ASEAN peserta Camp Project bidang energi di Trawas, Mojokerto (Foto: VOA/Petrus)

Keterbatasan energi fosil yang saat ini menjadi ketergantungan masyarakat, menjadi alasan diangkatnya isu energi terbarukan oleh mahasiswa di tingkat ASEAN.

Puluhan mahasiswa dari negera-negara di Asia Tenggara mengikuti camping project di Ubaya Training Center, Trawas, Mojokerto, yang diselenggarakan ASEAN Youth Energy Institute, atas pendanaan dari Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI) Seeds for the Future dari Amerika Serikat.

Besarnya kebutuhan energi fosil pada suatu bangsa yang dapat menjadi beban ekonomi generasi yang akan datang, menjadi bahasan dalam kegiatan ini untuk segera dicarikan solusi.

William Alex Ginardy Lie, selaku Project Manager ASEAN Youth Energy Institute 2015 mengatakan, dikumpulkannya mahasiswa dari berbagai negara di ASEAN ini ingin membangun kesadaran masyarakat khususnya generasi muda, untuk mulai beralih menggunakan energi terbarukan.

“Pemuda sebagai agent of change atau agen perubahan itu memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kemandirian energi bagi suatu bangsa terutama di wilayah Asia Tenggara. Maka dari itu kami berinisiatif untuk mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa ASEAN yang berpotensi dibidang energi terutama terbarukan untuk dapat belajar bersama dan membagi ilmu mereka dalam suatu forum,” kata William Alex Ginardy Lie, Project Manager ASEAN Youth Energy Institute 2015.

Persoalan energi fosil berkaitan dengan persediaannya yang terbatas dan mudah habis, dimana minyak bumi menjadi sumber energi yang paling cepat habis, yaitu kurang dari 20 tahun.

Sedangkan untuk gas alam akan habis sekitar 30 tahun, serta batu bara akan habis sekitar 70 hingga 80 tahun kedepan. Selain mudah habis, energi fosil juga memiliki dampak paling buruk bagi lingkungan.

Menurut Elieser Tarigan, Pakar Energi Terbarukan dari Universitas Surabaya, persoalan kelangkaan energi dari fosil yang tidak dapat diproduksi kembali, harus menjadi landasan kuat dimulainya pemanfaatan energi terbarukan yang tidak terbatas jumlahnya dan ramah lingkungan.

Indonesia merupakan negara dengan potensi energi terbarukan yang sangat banyak dan tidak terbatas, namun masih perlu ditingkatkan pemanfaatannya untuk masyarakat.

“Renewable ini sendiri kan sangat bergantung pada karakteristik lokal, jadi renewable itu ada tujuh yang sekarang dieksploitasi yaitu geothermal, energi surya, kemudian energi biomass, ada air, ada angin, ada blue energy (oceanic energy) energi laut, ya ada hydrogen. Untuk Indonesia yang paling potensi untuk kita saat ini adalah geothermal," kata Elieser Tarigan, Pakar Energi Terbarukan dari Universitas Surabaya.

"Jadi kita sering langka listrik padahal ini, pegunungan ini menunjukkan didalamnya itu besar sekali potensi geothermal, dan belum dieksploitasi, hanya tidak sampai 15 persen baru dieksploitasi, itu free (gratis) benar-benar free dari dalam bumi,” lanjutnya.

Merogim Pairat Mugot, mahasiswa dari Filipina mengungkapkan, pertemuan antar mahasiswa ASEAN yang membahas persoalan energi terbarukan, merupakan forum yang sangat bermanfaat bagi pengembangan energi terbarukan di setiap negara.

Merogim berharap potensi energi terbarukan yang ada di negaranya, akan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat.

“Saya akan menginformasikan masyarakat mengenai pemanfaatan energi alternatif secara maksimal, bahwa selain sumber tenaga air juga banyak sumber energi terbarukan lainnya yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat, seperti panel tenaga matahari, dan banyak energi lainnya yang ada di sekitar,” kata Merogim Pairat Mugot.

Sementara itu Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Joaquin F. Monserrate usai membuka Camping Project bidang energi, Sabtu (14/3) mengatakan, program pertemuan pemuda dan mahasiswa antar negara di Asia Tenggara ini diharapkan dapat menjadi jembatan, untuk saling menciptakan peluang kerjasama dalam rangka menciptakan dan mengaktualisasikan energi terbarukan untuk kesejahteraan masyarakat.

“Harapannya adalah bahwa pemuda ini yang semuanya mahasiswa, tidak hanya bisa menjadi tokoh di masa depan, tapi juga bisa kerjasama dengan negara lain di Asia Tenggara," kata Joaquin F. Monserrate.

"Misalnya hari ini ada perwakilan dari Filipina, dari Vietnam, program lain ada dari Myanmar, dari Thailand, Kamboja, Laos, dan kami senang sekali karena kami bisa menciptakan kesempatan-kesempatan begini, ini sesuatu yang tidak hanya prioritas dari Amerika tetapi juga prioritas dari Indonesia, dari negara-negara ASEAN,” lanjutnya.

Recommended

XS
SM
MD
LG