Tautan-tautan Akses

Temuan Studi: Kumpulan Sampah di Samudra Pasifik Semakin Meluas


ARSIP – Foto yang diambil pada tanggal 13 Oktober 2011, memperlihatkan petugas kepolisian yang memantau sampah yang terdampar ke pantai di Mount Maunganui Beach saat sebuah kontainer jatuh dari kapal kargo dekat Tauranga, Selandia Baru (foto: AP Photo/New Zealand Herald, Mark Mitchell)
ARSIP – Foto yang diambil pada tanggal 13 Oktober 2011, memperlihatkan petugas kepolisian yang memantau sampah yang terdampar ke pantai di Mount Maunganui Beach saat sebuah kontainer jatuh dari kapal kargo dekat Tauranga, Selandia Baru (foto: AP Photo/New Zealand Herald, Mark Mitchell)

Kumpulan sampah terbesar di dunia yang mengambang di Samudra Pasifik, di pertengahan antara Hawaii dan California, luasnya saat ini lebih besar dari gabungan luas Perancis, Jerman, dan Spanyol.

Kumpulan sisa-sisa sampah yang luas, yang dikenal sebagai Great Pacific Garbage Patch, mengandung lebih dari 80.000 ton plastik, menurut temuan studi yang dirilis hari Kamis.

Angin dan arus samudra yang menyatu memusatkan sampah pada satu lokasi, ujar penulis utama studi, Laurent Lebreton dari Ocean Cleanup Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang menjadi pelopor riset ini.

Lebreton mengatakan sampah yang berbentuk kumpulan, ditemukan awal 1990-an, berasal dari negara-negara di Tepi Pasifik, termasuk bangsa-bangsa di Asia selain Amerika Utara dan Selatan.

Kumpulan ini bukan masa plastik yang padat. Kumpulan ini termasuk 1,8 triliun keping plastik. Angka-angka terakhir 16 kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Meskipun kepingan plastik berukuran kecil adalah yang paling banyak, hampir setengah dari berat sampah terdiri dari jaring nelayan yang dibuang. Benda-benda lainnya yang terlihat adalah plastik yang berupa botol, piring, pelampung, tambang, dan bahkan dudukan kakus.

Terperangkap oleh arus

Setiap tahunnya, jutaan ton plastik mengalir ke samudra. Beberapa di antaranya mengalir menuju sistem besar arus samudra yang berputar-putar yang dikenal sebagai lilitan. Begitu terperangkap dalam lilitan, plastik ini akan pecah berkeping-keping menjadi plastrik berukuran mikro, yang mungkin akan tertelan oleh satwa laut.

“Saya telah melakukan penelitian ini beberapa saat, sangat mencemaskan untuk melihat kondisi ini,” ujar Lebreton.

Pesan dari studi ini jelas, Lebreton mengatakan: “Kembali lagi bagaimana kita memanfaatkan plastik.”

“Kita tidak akan dapat lepas dari plastik – menurut pendapat saya, plastik sangat berguna, di bidang kedokteran, transportasi, dan konstruksi. Namun saya pikir kita mesti memikirkan kembali cara kita memanfaatkan plastik, khususnya dalam segi pemanfaatan plastik sekali pakai dan benda-benda yang hanya memiliki masa pakai yang singkat.”

Studi ini didasarkan atas upaya pemetaan tiga tahun yang dilakukan oleh sebuah tim internasional yang terdiri dari para ilmuwan yang berafiliasi dengan Ocean Cleanup Foundation, enam universitas, dan perusahaan sensor udara. [ww]

XS
SM
MD
LG