Tautan-tautan Akses

Korban Tewas 429, Drone dan Anjing Pelacak Bantu Cari Korban Tsunami


Petugas SAR membawa anjing pelacak untuk mencari korban di antara puing-puing setelah tsunami di Selat Sunda menerjang Rajabasa di Lampung Selatan, 25 Desember 2018.
Petugas SAR membawa anjing pelacak untuk mencari korban di antara puing-puing setelah tsunami di Selat Sunda menerjang Rajabasa di Lampung Selatan, 25 Desember 2018.

Tim SAR mengerahkan drone dan anjing pelacak untuk membantu pencarian korban tsunami yang menerjang pesisir barat Jawa Barat, sedangkan korban jiwa hingga hari ini bertambah menjadi 429 orang, Reuters melaporkan.

Setidaknya 154 orang masih dinyatakan hilang. Lebih dari 1.400 orang luka-luka dan ribuan orang harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Sementara itu, peringatan gelombang tinggi diperpanjang hingga Rabu (26/12).

Para petugas SAR menggunakan alat berat, anjing pelacak, dan kamera khusus untuk mendeteksi dan mengangkat jenazah dari lumpur dan puing-puing di sepanjang pesisir pantai barat sejauh100 kilometer. Para pejabat mengatakan area pencarian akan diperluas hingga ke arah selatan.

“Ada beberapa lokasi yang awalnya kami pikir tidak terdampak,” kata Yusuf Latif, humas Basarnas.

“Tapi sekarang kami mulai pencarian di daerah terpencil…dan ternyata di sana masih banyak korban,” papar Yusuf.

Upaya pencarian terhalang hujang lebat dan berkurangnya jarak pandang. Militer dan para relawan menggunakan drone untuk menilai sejauh mana kerusakan di sepanjang pesisir.

Bantuan makanan, air minum, selimut, dan peralatan medis perlahan mulai masuk ke daerah-daerah terpencil melalui jalan darat yang macet karena arus lalu lintas yang padat.

Ribuan orang masih tinggal di tenda-tenda dan tempat pengungsian sementara seperti masjid-masjid atau sekolah-sekolah. Mereka tidur di lantai dan menggunakan fasilitas publik. Banyak yang masih trauma dengan bencana tersebut.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan letusan Gunung Anak Krakatau sekitar pukul 21.00 WIB dan tsunami terjadi sekitar pukul 21.30WIB.

“Penyebab tsunami adalah karena kombinasi longsor di bawah laut setelah erupsi Anak Krakatau dan gelombang pasang yang disebabkan oleh bulan purnama,” sebut BMKG.

Akan tetapi Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menyatakan tidak dapat mengukuhkan apakah tsunami tersebut dipicu oleh erupsi Krakatau, karena gunung tersebut telah meletus sejak Juni lalu dengan kekuatan dan intensitas yang lebih besar dan tidak pernah menyebabkan tsunami.

Rudy Suhendar mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab tsunami tersebut. [ft&uh/es]

Recommended

XS
SM
MD
LG