Tautan-tautan Akses

Kerajinan Bambu Trenggalek, dari Sesuatu Tak Berguna Jadi Berkualitas Ekspor


Pembeli melihat-lihat aneka jenis perabot rumah tangga dari bambu (Foto: VOA/Petrus Riski).
Pembeli melihat-lihat aneka jenis perabot rumah tangga dari bambu (Foto: VOA/Petrus Riski).

Kabupaten Trenggalek mencoba membangun citra baru sebagai daerah pusat kerajinan masyarakat, serta salah satu daerah di Jawa Timur dengan potensi pariwisata alam yang tidak kalah dibandingkan dengan daerah lain. Melalui bambu, Trenggalek mulai dikenal sebagai sentra kerajinan bambu unggulan, hingga mampu menembus pasar ekspor ke luar negeri.

Belasan orang tampak sibuk mengerjakan tugas mengolah bambu, di sanggar Kerajinan Bambu Indah milik Sukatno, di Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Ada yang membuat kursi panjang, menganyam tempat hantaran makanan, aneka perabot rumah tangga, serta ada juga yang bertugas memotong bambu, mulai ukuran besar hingga menjadi ukuran kecil sesuai kebutuhan.

Berawal dari rumah Sukatno inilah, Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Pengrajin bambu sekaligus pemilik Rumah Kerajinan Bambu Indah, Sukatno menuturkan, kecintaannya pada bambu berawal pada tahun 1991, hingga menjadikannya mampu memproduksi aneka kerajinan bambu bersama beberapa warga sekitar.

Ketekunan dan semangat belajar Sukatno inilah yang akhirnya mengantarkan nama Kabupaten Trenggalek sampai ke luar negeri, seperti Brunei Darussalam dan Korea Selatan yang rutin menerima kiriman kerajinan bambu dari Trenggalek. Kualitas dan desain yang baik, menjadi daya tarik produk bambu Trenggalek di pasar luar negeri.

Kerajinan Bambu Trenggalek, dari Sesuatu yang Tidak Berguna Menjadi Kualitas Ekspor
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:32 0:00

“Karena kerajinan tangan, kerajinan tangan yang dibuat dengan tangan dan dibuat oleh masyarakat. Walaupun tidak mahir mesin, tapi orang sana itu (luar negeri) suka dengan kerajinan tangan. Kalau ke luar negeri paling diminati karena quality controlnya itu,” kata Sukatno, Pengrajin Bambu dan Pemilik Rumah Kerajinan Bambu Indah.

Setiap bulannya, Bambu Indah yang dikelola Sukatno mengirimkan ratusan jenis produk kerajinan bambu ke luar negeri, yang rata-rata mencapai satu hingga dua kontainer. Geliat ekonomi setelah adanya Bambu Indah, menjadikan masyarakat Desa Wonoanti ikut merasakan dampaknya secara ekonomi.

Kepala Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Mujianto mengungkapkan, munculnya sentra kerajinan bambu di Desa Wonoanti menjadikan pendapatan ekonomi masyarakat meningkat. Selain memunculkan lapangan kerja baru yang menjanjikan, kerajinan bambu juga menjadi faktor pendukung situasi aman dan tenteram di desa itu.

“Masyarakat itu banyak ketenangan karena banyak pekerjaan. Ini kan dari bambu itu tidak hanya mengerjakan siang hari, sampai malam pun ya bisa mengerjakan, akhirnya masyarakatnya itu kondusif. Terus secara ekonomi jelas menambah untuk penghasilan kebutuhan ekonomi keluarga, sewaktu-waktu bisa dikerjakan,” kata Mujianto, Kepala Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek.

Bupati Trenggalek, Emil Dardak mengatakan, kerajinan bambu didorong menjadi salah satu ciri khas pengungkit ekonomi di Kabupaten Trenggalek, yang akan terus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. Potensi alam Trenggalek yang banyak ditumbuhi tanaman bambu, harus ditangkap dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Bambu itu kelebihannya, dia ditanam bisa dipotong tumbuh lagi, dipotong tumbuh lagi. Kedua, dia merupakan konservasi juga untuk air maupun konservasi kawasan lereng. Jadi Trenggalek ini takdirnya memang harus cinta bambu. Fokus kita sekarang adalah produk baru yang punya market di sana (luar negeri), yang dikirim dari Trenggalek," kata Emil Dardak, Bupati Trenggalek.

"Harapannya ini akan menjadi satu proses yang iteratif, jadi ada iterasi di mana lama-lama kita punya satu kekhususan. Jadi membentuk ciri itu kan bukan proses langsung, tapi ternyata kita kuatnya disini ya, ciri khasnya itu misalnya anyaman bambunya seperti ini, atau mungkin kalau kita bicara kayu itu ada sedikit motif Yaksonya, memang itu proses pencarian,” lanjutnya.

Salah satu pekerja di Bambu Indah Craft Trenggalek mengerjakan kursi dari bambu. (Foto: VOA/Petrus Riski).
Salah satu pekerja di Bambu Indah Craft Trenggalek mengerjakan kursi dari bambu. (Foto: VOA/Petrus Riski).

Sukatno berharap, pemerintah daerah dapat terus memberikan pendampingan dan pembinaan kepada pengrajin bambu di Trenggalek, terlebih dengan memberikan bantuan peralatan kerja. Kapasitas dan keahlian pengrajin bambu diharapkan dapat terus dikembangkan, untuk menjaga permintaan pasar yang semakin meningkat, khususnya dari luar negeri.

“Ya pembinaan terus, jangan sampai dibina dengan modal, jadi modalnya peralatan sajalah kalau dari pemerintah itu. Soalnya menurut saya kalau dibantu modal, dengan uang, sekali diberikan seratus ribu, dua hari satu hari sudah habis. Yang saya butuhkan alat-alat yang mesinnya semimodern sajalah, tidak perlu yang modern. Mesin-mesin yang biasa saja, yang dibuat untuk meningkatkan produksi,” kata Sukatno, Pengrajin Bambu dan Pemilik Rumah Kerajinan Bambu Indah. [pr/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG