Tautan-tautan Akses

Padatnya Orbit Bumi dengan Sampah Angkasa Tingkatkan Risiko Tumbukan


ARSIP – Sebongkah logam, kemungkinan berasal dari wahana SpaceX Falcon milik AS yang gagal meluncur, berhasil diangkat dari laut di sekitar Isles of Scilly di Inggris, dalam sebuah foto yang dibagikan kepada Reuters tanggal 27 November 2015.
ARSIP – Sebongkah logam, kemungkinan berasal dari wahana SpaceX Falcon milik AS yang gagal meluncur, berhasil diangkat dari laut di sekitar Isles of Scilly di Inggris, dalam sebuah foto yang dibagikan kepada Reuters tanggal 27 November 2015.

Perjalanan wahana angkasa maupun satelit yang kita andalkan untuk laporan cuaca, penerbangan, dan komunikasi global semakin berisiko untuk mengalami tumbukan dengan sampah angkasa hasil ciptaan manusia memadati orbit bumi.

Sampah angkasa hasil ciptaan manusia memadati orbit bumi, yang menimbulkan ancaman baik bagi perjalanan wahana angkasa maupun satelit yang kita andalkan untuk laporan cuaca, penerbangan, dan komunikasi global.

Lebih dari 750.000 serpihan dengan ukuran lebih dari satu sentimeter diperkiraan berada di orbit bumi, dan masing-masingnya dapat menimbulkan kerusakan parah bahkan merusak satelit.

Tahun lalu, sebuah serpihan kecil telah melubangi panel surya satelit Copernicus Sentinel-1A yang dioperasikan oleh Badan Angkas Luar Eropa atau European Space Agency (ESA). Sebuah rangkaian panel surya yang dibawa kembali ke bumi oleh Teleskop Hubble tahun 1993 menunjukkan ratusan lubang kecil yang disebabkan oleh serpihan seukuran debu.

Para pakar yang bertemu di Jerman pekan ini mengatakan masalahnya akan semakin memburuk dengan kehadiran perusahaan-perusahaan seperti SpaceX, Google, Arlington, serta OneWeb yang berbasis di Virgina yang membanjiri angkasa luar dengan satelit-satelit baru di tahun-tahun mendatang. Mereka menyatakan harus diambil langkah-langkah untuk mengurangi jumlah serpihan angkasa ini.

Langkah pertamanya adalah untuk mendesak seluruh badang luar angkasa nasional dan perusahaan-perusahaan swasta untuk mematuhi pedoman internasional untuk menekan jumlah sampah yang berserakan di orbit. Saat ini semua aturan itu – yang berbiaya tinggi untuk mengimplementasikannya - secara hukum belum mengikat.

Direktur Jenderal ESA, Jan Woerner, mengatakan pada The Associated Press hari Jum’at apa yang disebut sebagai konstelasi raksasa yang direncanakan oleh perusahaan-perusahaan swasta harus memiliki masa edar di orbit maksimum 25 tahun. Setelah itu, konstelasi satelit tersebut harus menyingkir, baik dengan menyingkir ke kawasan yang dikenal sebagai ‘orbit kuburan’ atau kembali ke bumi.

Karena satelit-satelit yang sudah tidak berfungsi dapat menimbulkan bahaya dua kali lipat: mereka dapat bertabrakan dengan wahana angkasa lain atau dihantam oleh serpihan-serpihan angkasa, yang berpotensi untuk hancur menjadi bagian-bagian kecil dimana bagian-bagian kecil tersebut dapat menjadi bahaya tersendiri.

Skenario terburuk adalah rangkaian tumbukan yang terus terjadi yang mengarah pada apa yang disebut sebagai gejala Kessler – yang dinamakan dari seorang ilmuwan NASA yang pertama kali memperingatkan tentang risiko ini empat dekade lalu – yang dapat membuat orbit yang terdekat ke bumi tidak dapat lagi digunakan oleh generasi-generasi mendatang.

“Tanpa satelit, anda tidak dapat menerima laporan cuaca, siarang langsung dari sisi lain planet ini, perkembangan pasar saham, perjalanan udara, belanja online, navigasi satelit di mobil anda,” ujar direktur operasional ESA, Rolf Densing. “Sama saja anda masuk museum apabila semua satelit tidak berfungsi.”

Bahkan apabila peluncuran wahana angkasa yang akan datang mematuhi pedoman ini, masih ada pertanyaan yang belum terjawab terkait rencana untuk menangani serpihan yang sudah ada di orbit.

“Kita harus membersihkan ruang hampa udara, yang artinya kita memerlukan penghisap debu,” ujar Woerner.

Bagaimana cara alat tersebut bekerja masih belum jelas. Gagasan yang dilontarkan termasuk wahana angkasa pembersih sampah yang dilengkapi oleh harpun, jaring, lengan robot dan bahkan sinar laser untuk memusnahkan serpihan-serpihan yang berukuran sangat kecil.

Luisa Innocenti, kepala inisiatif “ruang angkasa yang bersih” yang dilontarkan oleh ESA, mengatakan misi ini sudah mulai bekerja untuk membawa kembali serpihan yang berukuran sangat besar.

“Ini adalh operasi dengan tingkat kerumitan tinggi yang tak satupun dari kita menginginkan kegagalannya,” ujarnya. “Tak seorangpun ingin bertabrakan dengan serpihan ini dan menciptakan awan serpihan lainnya.” [ww]

XS
SM
MD
LG