Tautan-tautan Akses

Jalin Relasi Sosial Budaya, Mantan Presiden Taiwan Kunjungi China 


Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou (tengah) berjalan menuju gerbang di Badara Internasional Taoyuan, Taiwan, sebelum berangkat menuju China pada 1 April 2024. (Foto: AP/Chiang Ying-ying)
Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou (tengah) berjalan menuju gerbang di Badara Internasional Taoyuan, Taiwan, sebelum berangkat menuju China pada 1 April 2024. (Foto: AP/Chiang Ying-ying)

Mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou mengunjungi China dalam sebuah kunjungan yang mungkin termasuk di dalamnya pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping. Meski terdapat ketegangan yang meningkat antara China dan Taiwan, kunjungan kali ini dilakukan dalam rangka menjalin hungan sosial dan budaya di antara keduanya.

Ma bertolak dari Taipeh bersama sekelompok mahasiswa pada hari Senin (1/4) untuk berkunjung selama 11 hari ke China. Lawatan tersebut menggarisbawahi kelanjutan interaksi dalam bidang pendidikan, bisnis dan budaya meski terdapat ancaman Beijing terhadap Taiwan untuk menggunakan kekuatan militer demi mencapai unifikasi.

Menjelang akhir masa jabatan keduanya pada tahun 2015, Ma mengadakan pertemuan bersejarah dengan Xi di Singapura, negara yang memiliki hubungan dekat dengan kedua pihak.

Pertemuan tersebut merupakan yang pertama kalinya terjadi antara pemimpin China dan Taiwan dalam lebih dari setengah abad. Meski begitu, hanya sedikit hasil nyata dari pertemuan tersebut. Partai Nasionalis Ma kalah dalam pemilihan presiden berikutnya dari Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan.

Wakil Presiden Taiwan saat ini, Lai Ching-te, yang tidak disukai oleh Beijing karena menentang ide unifikasi, terpilih sebagai pengganti Tsai pada bulan Januari lalu, meski Partai Nasionalis mendapatkan kembali mayoritas tipis di badan legislatif.

Rencana kunjungan Ma kali ini termasuk kunjungan ke Beijing, di mana ada banyak spekulasi bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Xi. Pasalnya, Xi mengatakan bahwa dirinya tetap terbuka dengan politisi Taiwan yang menyatakan bahwa pulau dan daratan yang terpecah akibat perang saudara di tahun 1949 itu adalah satu negara China. Kantor Berita Nasional Taiwan mengutip pernyataan Hsiao Hsu-tsen, pemimpin yayasan milik Ma, bahwa dirinya berharap Ma memiliki kesempatan bertemu “kawan lama” tetapi tidak memberi keterangan lebih lanjut.

Sebagian besar warga Taiwan diketahui menentang penyatuan politik dengan China, dan pulau itu pun telah meningkatkan hubungan militer dengan sekutunya seperti Amerika Serikat dan Jepang, sembari mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dengan China. [ti/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG