Tautan-tautan Akses

26 Desember, 25 Tahun Bubarnya Uni Soviet


Kanselir Jerman Angela Merkel meletakkan bunga di monumen peringatan Tembok Berlin di Bernauer Strasse, Berlin (foto: ilustrasi).
Kanselir Jerman Angela Merkel meletakkan bunga di monumen peringatan Tembok Berlin di Bernauer Strasse, Berlin (foto: ilustrasi).

Dua puluh lima tahun lalu (26 Desember 1991), Uni Soviet resmi bubar, ditandai runtuhnya komunisme di Eropa dan era baru demokrasi, liberalisme gaya Barat dan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah yang pernah terbagi dengan apa yang disebut Tirai Besi.

Namun beberapa pakar mengatakan, laju pembangunan di kawasan bekas Uni Soviet itu tidak merata, dan kesenjangan dengan Barat telah memicu ketegangan dan munculnya gerakan nasionalis di Uni Eropa.

Penurunan bendera Soviet untuk terakhir kalinya melambangkan akhir dominasi komunis di wilayah itu yang dua tahun sebelumnya menyingkirkan Pemerintah totaliter yang dibuat dengan citra Moskow. Sebuah era baru lahir.

Eropa kini memiliki wajah yang sangat berbeda.

"Runtuhnya tembok Berlin menunjukkan bahwa mimpi menjadi kenyataan. Tidak ada yang harus bertahan seperti biasanya,” kata Merkel.

Dengan mimpi-mimpi itu, ada kekecewaan dan realisasi bahwa sebagian negara tidak siap untuk sepenuhnya mengadopsi sistem demokrasi gaya Barat Uni Eropa.

"Banyak negara-negara Eropa Timur ingin mengangkat modernitas Barat, mengikuti demokrasi, liberalisme, dan kemakmuran dan kami agak berlebihan dalam arti laju ekspansi," kata Alex Pravda dari Universitas Oxford.

Negara-negara itu tampaknya lulus dari kriteria Uni Eropa dalam memerangi korupsi, mengadopsi aturan hukum, dan menghormati hak-hak seperti kebebasan berbicara. Tapi sekarang, ada yang mengatakan, tes-tes itu kurang sulit dan negara-negara Barat telah kehilangan pengaruhnya untuk mengubah sistem gaya Soviet yang tidak pernah diganti.

Pada tahun 1990 Rusia memusatkan pada menstabilkan negaranya sendiri, dan bukan pada kebijakan luar negeri. Pada waktu itu, para analis mengatakan, Eropa punya kesempatan untuk mendorong melalui reformasi yang nyata.

"25 tahun terakhir di Eropa merupakan waktu yang khusus ketika Uni Eropa tidak punya ancaman dan tekanan luar untuk memindahkan agenda Uni Eropa ke depan dan sebagian orang mengatakan, itu adalah kesempatan yang disia-siakan karena kami sekarang menangani imigrasi di perbatasan, Rusia bangkit lagi, menjadi lebih aktif dalam politik internasional dan memberi tekanan pada Uni Eropa," ujar Gregory Weeks, seorang analis politik.

Uni Eropa kini menemukan dirinya sendiri terbagi, menjadi apa yang disebut "two-speed" negara-negara Eropa yang berkembang sangat banyak …….. di barat, dan negara-negara yang lebih baru dan kurang maju di timur, di mana krisis migran telah memicu munculnya gerakan nasionalis sayap kanan dan sebagian negara mengkhawatirkan timbulnya peluang baru bagi Rusia untuk menggunakan pengaruhnya. [ps/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG