Bentrokan dan pengungsian massal di Negara Bagian Kayin, Myanmar Tenggara, semakin menambah keraguan bahwa perang saudara terlama di dunia, yang melibatkan etnis minoritas Karen, dapat diselesaikan dengan proses perdamaian yang dipimpin Aung San Suu Kyi.
Menurut Karen Peace Support Network, jaringan organisasi berbasis komunitas, pada 4 Maret lalu lebih dari 600 tentara Myanmar keluar dari markas-markas mereka ke daerah-daerah sipil yang diklaim oleh Karen National Union (KNU), yang sebelumnya melancarkan pemberontakan melawan pemerintah pusat sejak 1949, tetapi menandatangani gencatan senjata pada tahun 2012.
Militer Myanmar, yang sedang dalam misi memperbaiki jalan rusak di distrik Hpapun di negara bagian Kayin, di dekat perbatasan dengan Thailand, baku tembak dengan para anggota KNU dan milisi lokal.
Ini menyebabkan lebih dari 1.500 warga desa melarikan diri ke daerah-daerah hutan di sekitarnya, di mana mereka bertahan dengan persediaan makanan yang menipis dan sedikit pasokan medis, kata Saw Way Lay, seorang juru bicara bagi jaringan pendukung perdamaian Karen.
Baca juga: Myanmar Tandatangani Gencatan Senjata dengan 8 Kelompok Pemberontak
Saw Tender, seorang juru bicara Brigade 5 KNU, yang menguasai daerah itu, memberitahu VOA bahwa bentrokan itu berlangsung pada 4 hingga 9 Maret, tanpa menimbulkan korban. Kedua pihak kini sedang “melihat dan menunggu,” ujarnya. Militer Myanmar, yang berlindung di parit di tepi jalan, belum bergerak lebih jauh.
Way Lay mengatakan ketegangan masih tinggi. Ia mengklaim bahwa jumlah tentara Myanmar kini telah bertambah menjadi lebih dari 800.
Pada 15 Maret, militer Myanmar bentrok sebentar dengan anggota Brigade 5 KNU di tempat lainnya, juga tanpa korban, sebut media yang berbasis di Yangon, The Irrawaddy.
Telepon VOA berulang kali ke Tim Informasi resmi militer, dan kepada para pejabat pemerintah setempat, tidak diangkat. Juru bicara senior pemerintah Zaw Htay mengatakan ia tidak dapat berkomentar mengenai masalah militer.
Pada 16 Maret, KNU melansir pernyataan yang meminta tentara Myanmar mundur agar penduduk desa dapat kembali, organisasi lokal dan internasional dapat memberikan bantuan kemanusiaan, dan agar pembicaraan perdamaian dapat dipercepat. [uh]