Tautan-tautan Akses

Blinken: Ada 'Kemungkinan, Urgensi' dalam Pembicaraan Gencatan Senjata di Gaza


Pengungsi Palestina berjalan di tengah puing-puing rumah yang hancur akibat pemboman Israel di kawasan Hamad, sebelah barat Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, 14 Maret 2024.
Pengungsi Palestina berjalan di tengah puing-puing rumah yang hancur akibat pemboman Israel di kawasan Hamad, sebelah barat Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, 14 Maret 2024.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan hari Jumat (15/3) bahwa AS bekerja secara intensif dengan Israel, Qatar, dan Mesir untuk mencapai kesepakatan mengenai pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dan perpanjangan gencatan senjata dalam pertempuran antara Israel dan Hamas.

“Kami tengah mengadakan pembicaraan yang sedang berlangsung saat ini. Saya yakin hal ini akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang,” kata Blinken kepada wartawan pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Austria di Wina.

Dia mengatakan bahwa Hamas telah mengajukan proposal balasan dan bahwa Israel telah mengirim tim perunding ke Qatar untuk melanjutkan perundingan lebih lanjut. Sebelumnya perundingan tersebut terhenti baru-baru ini, memupus harapan akan adanya jeda dalam pertempuran menjelang bulan suci Ramadan, yang dimulai Senin (11/3) minggu ini.

“Saya pikir hal ini mencerminkan kemungkinan dan urgensi untuk mencapai kesepakatan – untuk melakukan gencatan senjata, untuk membebaskan para sandera, serta untuk (warga Gaza) mendapatkan lebih banyak bantuan kemanusiaan,” kata Blinken tentang kembalinya Israel ke meja perundingan. “Ini adalah komitmen kami, dan kami akan bekerja dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya.”

Kantor perdana menteri Israel mengatakan pada Jumat (15/3) bahwa Benjamin Netanyahu telah menyetujui rencana operasi militer di Kota Rafah di Gaza selatan, di mana lebih dari 1,3 juta warga Palestina berlindung. Dia mengatakan tentara sedang mempersiapkan masalah operasional dan evakuasi penduduk sipil.

Pemerintahan Biden mengatakan mereka perlu melihat rencana yang jelas dan dapat dicapai untuk operasi darat tersebut dan harus melindungi warga sipil. Blinken mengatakan pemerintah belum melihat rencana seperti itu.

Lebih banyak korban tewas dalam insiden pembagian bantuan

Militer Israel, Jumat (15/3), kembali membantah bahwa tentaranya menembaki warga Palestina yang sedang menunggu konvoi bantuan pada Kamis (14/3) malam di Jalur Gaza utara, di mana kelaparan parah merajalela.

Dalam laporan yang bertentangan tentang apa yang terjadi, pejabat kesehatan Palestina di Gaza mengatakan sedikitnya 21 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka akibat tembakan tentara Israel terhadap kerumunan orang yang menunggu truk bantuan di Gaza utara.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah bahwa pasukannya melepaskan tembakan di Lapangan Kuwait. Militer mengatakan bahwa sekitar satu jam sebelum konvoi tiba, “warga Palestina bersenjata” melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang menunggu bantuan.

“Saat truk bantuan masuk, orang-orang bersenjata Palestina terus menembak ketika kerumunan warga Gaza mulai menjarah truk tersebut,” kata IDF dalam sebuah pernyataan. “Selain itu, sejumlah warga sipil Gaza tertabrak truk.”

Militer mengatakan hasil tinjauan awal menemukan “tidak ada tembakan tank, serangan udara atau tembakan” dari pasukan Israel, namun mereka terus meninjau insiden tersebut.

PBB mengatakan orang-orang menderita kelaparan di Gaza utara. Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan hari Jumat bahwa sedikitnya 31 persen anak-anak di bawah usia dua tahun menderita kekurangan gizi akut – dua kali lipat persentasenya pada bulan Januari.

Sekitar 4,5 persen anak-anak yang diperiksa oleh UNICEF menderita wasting – bentuk malnutrisi yang paling mengancam jiwa. Setidaknya 23 anak dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi dalam beberapa minggu terakhir, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran akan kelaparan.

“Kami telah berulang kali berupaya memberikan bantuan tambahan, dan kami berulang kali menyerukan agar tantangan akses yang kami hadapi selama berbulan-bulan harus diatasi,” kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF. “Sebaliknya, situasi anak-anak semakin memburuk dari hari ke hari. Upaya kami dalam memberikan bantuan untuk menyelamatkan jiwa terhambat oleh pembatasan yang tidak perlu, dan hal ini menyebabkan hilangnya nyawa anak-anak.”

PBB mengatakan Israel hanya memfasilitasi sekitar seperempat dari rencana misi kemanusiaan ke wilayah utara sejak perang dimulai.

Dalam insiden terpisah di Gaza tengah, Kementerian Kesehatan mengatakan serangan udara Israel menghantam pusat distribusi bantuan di kamp al-Nuseirat, menewaskan dan melukai beberapa warga sipil.

Israel memulai kampanye militernya untuk memusnahkan Hamas setelah para pejuang kelompok tersebut melakukan serangan teror di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Sekitar 130 orang (saat ini) masih disandera, namun para pejabat Israel mengatakan mereka yakin bahwa sekitar 30 orang dijadikan mayat dalam serangan tersebut, atau meninggal dalam penawanan.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan hampir 31.500 warga Palestina tewas dan lebih dari 73.000 lainnya terluka. Sisa-sisa lainnya diyakini berada di bawah reruntuhan. PBB mengatakan pada Kamis bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membersihkan hampir 23 juta metrik ton rumah dan bangunan yang hancur di seluruh Gaza dan untuk menghilangkan persenjataan yang tidak meledak.

Kapal bantuan pertama mendekati Gaza

Sementara itu, kapal bantuan "Open Arms", yang membawa 200 ton makanan untuk Gaza, terlihat mendekati pantai wilayah kantong tersebut pada Jumat (15/3) setelah berlayar dari Siprus tiga hari lalu.

Kapal tersebut membawa makanan yang disediakan oleh World Central Kitchen, badan amal yang didirikan oleh koki dan dermawan Jose Andres. Kelompok bantuan Spanyol Open Arms, yang menjadi nama kapal tersebut, mengangkutnya. Kapal ini akan berlabuh di dermaga sementara.

Kapal tersebut sedang menguji koridor maritim baru yang dimaksudkan untuk membawa lebih banyak bantuan ke wilayah kantong tersebut, di mana PBB memperingatkan 576.000 orang berada di ambang kelaparan terkait konflik dan hampir 2,3 juta penduduknya mengalami kerawanan pangan.

Koridor tersebut dikoordinasikan oleh Amerika Serikat dengan Siprus, Inggris, Uni Emirat Arab, Qatar, Uni Eropa, dan PBB.

Meskipun para aktivis kemanusiaan mengatakan bantuan tambahan apa pun akan diterima, mereka menekankan bahwa kapal dan bantuan udara bukanlah pengganti jumlah bantuan yang dapat diangkut (lewat darat) dengan truk , dan mereka telah berulang kali menyerukan Israel untuk membuka lebih banyak penyeberangan perbatasan dan jalan ke Gaza.

Militer AS telah mengirim sebuah kapal ke Mediterania untuk membangun dermaga terapung sementara di garis pantai Gaza guna menyediakan jalur bagi lebih banyak bantuan, namun menurutnya pembangunan itu mungkin memakan waktu hingga dua bulan untuk selesai.

Koresponden VOA untuk PBB Margaret Besheer berkontribusi dalam laporan ini. Beberapa materi berasal dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.

AS akan Bangun Dermaga Terapung di Gaza untuk Koridor Bantuan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:39 0:00
XS
SM
MD
LG