Tautan-tautan Akses

AS Tuduh Iran Manfaatkan Protes Demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara


Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Rodham Clinton
Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Rodham Clinton

Menlu Amerika Hillary Clinton hari Jumat menuduh Iran berusaha mengeksploitasi dan memanfaatkan protes demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dalam komentarnya yang paling keras mengenai masalah itu, Clinton menuduh Iran secara munafik berusaha mengelompokkan diri dengan pemberontakan rakyat di sebagian negara Afrika Utara dan Timur Tengah, sambil berusaha merintangi gerakan demokrasi di negaranya sendiri dan di negara sekutunya, Suriah.

Berbicara di Berlin sehari setelah Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Iran membantu penindasan politik oleh Suriah, Clinton mengatakan tidak ada bukti Iran memicu protes-protes di Timur Tengah, tetapi mengatakan Iran berusaha “memanfaatkan” pergolakan itu.

“Iran berusaha memanfaatkan pemberontakan, memajukan agenda mereka di negara-negara tetangga, serta merusak perdamaian dan stabilitas untuk memancing konflik lebih jauh. Kami ingin rakyat di kawasan itu paham bahwa motivasi pemerintah Iran adalah untuk menggoyahkan negara-negara itu, bukan untuk membantu mereka dalam peralihan ke demokrasi,” ujarnya.

Clinton mengatakan sikap diam Iran terhadap protes anti-pemerintah di Suriah adalah contoh lebih jauh “kemunafikan” Iran. Ia juga mengatakan dalam era komunikasi cepat, tidak ada yang terpedaya oleh taktik Iran.

Surat kabar Wall Street Journal mengutip para pejabat Amerika mengatakan Iran mengirim peralatan pengendali massa ke Suriah bersama dengan bantuan untuk memblokir dan memantau para pemrotes yang menggunakan internet, telepon genggam, dan SMS.

Departemen Luar Negeri Amerika menolak berkomentar secara rinci mengenai laporan itu, tetapi menyebutkan “ada bukti kuat” bantuan nyata Iran untuk pemerintah Suriah.

Mengenai Suriah, Clinton menghimbau pemerintahan Presiden Bashar al-Assad agar menahan diri dari kekerasan lebih jauh dan “berhenti menindas warganya” serta mengizinkan pemantau HAM dan wartawan memantau apa yang sedang terjadi di sana.

Suriah, yang diperintah oleh Presiden al-Assad dan mendiang ayahnya sejak tahun 1970, dilanda oleh pemberontakan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pertengahan Maret. Para demonstran menuntut reformasi dan diakhirinya kekuasaan darurat.

Kelompok pemantau Human Rights Watch mengatakan hari Jumat badan keamanan dan intelijen Suriah dengan semena-mena menangkapi ratusan pemrotes di seluruh negeri, menyiksa dan memperlakukan mereka secara buruk.

Kelompok yang berkantor pusat di New York itu mengatakan agen-agen intelijen juga menangkapi pengacara hukum, wartawan, dan lainnya yang mendukung protes itu.

Kelompok itu mengatakan Presiden al-Assad, yang berbicara mengenai perlunya reformasi, seharusnya mengendalikan pasukan keamanan dan meminta pertanggungjawaban atas kekerasan yang mereka lakukan. Kelompok itu juga mengatakan tidak akan ada reformasi nyata selama kekerasan terhadap demonstran dibiarkan.

XS
SM
MD
LG