Tautan-tautan Akses

Balas Serangan Senjata Kimia, AS Serang Pangkalan Udara Suriah


Militer AS menembakkan puluhan rudal presisi ke arah landasan udara Shayrat di Suriah untuk menanggapi serangan senjata kimia mengerikan yang diduga dilakukan pasukan pro Presiden Bashar al-Assad di Khan Sheikhoun, provinsi Idlib, yang menewaskan sekitar 100 warga sipil.
Militer AS menembakkan puluhan rudal presisi ke arah landasan udara Shayrat di Suriah untuk menanggapi serangan senjata kimia mengerikan yang diduga dilakukan pasukan pro Presiden Bashar al-Assad di Khan Sheikhoun, provinsi Idlib, yang menewaskan sekitar 100 warga sipil.

Militer Amerika Kamis malam (6/4) meluncurkan sekitar 50 rudal ke pangkalan udara Suriah, serangan langsung pertama yang dilakukan Amerika terhadap pemerintahan Presiden Bashar Al Assad sejak berkecamuknya perang saudara di negara itu enam tahun terakhir ini.

Para pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa militer AS telah menembakkan puluhan rudal presisi ke arah pangkalan udara Shayrat di Suriah untuk menanggapi serangan senjata kimia mengerikan yang diduga dilakukan pasukan pro Presiden Bashar al-Assad, yang menewaskan sekitar 100 warga sipil.

Ini adalah serangan langsung pertama militer AS terhadap pasukan pemerintah Suriah. Seorang pejabat militer AS mengatakan kepada VOA bahwa kapal perang AS yang meluncurkan 59 rudal Tomahawk adalah USS Porter dan USS Ross, keduanya kapal perusak yang dikerahkan di Laut Tengah bagian timur.

Seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan pangkalan udara Suriah itu disasar karena kemungkinan besar digunakan untuk meluncurkan serangan kimia hari Selasa (4/4), yang diyakini menggunakan sejenis gas saraf, kemungkinan adalah gas sarin.

Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di tempat peristirahatan kepresidenannya di negara bagian Florida bahwa ia memerintahkan serangan itu dan mengatakan bahwa itu merupakan "kepentingan keamanan nasional AS yang vital". Trump juga mengajak semua negara beradab untuk bergabung dengan Amerika Serikat "guna mengakhiri pembantaian dan pertumpahan darah di Suriah."

Keputusan untuk menyerang pasukan Suriah secara langsung ini menunjukkan perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Amerika di sana, di mana pemerintahan sebelumnya enggan terlibat secara militer dalam perang saudara di Suriah dan lebih memusatkan perhatian pada kampanye untuk melawan kelompok ekstremis ISIS.

Sebagian analis menilai serangan ini bisa membahayakan tentara Amerika yang kini berada di Suriah, yang sebagian besar menjadi penasihat pasukan lokal menjelang serangan besar-besaran terhadap kota Raqqa, ibukota de facto ISIS. [em/pp]

XS
SM
MD
LG