WHO: Tidak Ada Bukti Penyintas Covid-19 Punya Kekebalan

  • Lisa Schlein

Seorang staf medis merawat seorang pasien virus corona (COVID-19) di unit perawatan intensif di Rumah Sakit CHIREC Delta di Brussel, Belgia, 18 April 2020.

Pejabat senior WHO mengatakan, tidak ada bukti bahwa orang yang sembuh dari penyakit COVID-19 menjadi kebal terhadap penyakit itu dan tidak bisa menularkannya kepada orang lain. 

Pandemi virus corona masih terus menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan mencengangkan dan belum tampak tanda-tanda akan segera berakhir. Berbagai pemerintahan was-was dan semakin besar menaruh harapan bahwa mereka yang sudah sembuh dari penyakit itu akan menjadi kebal dan tidak menularkannya kepada orang lain.

Mereka menggantungkan harapan itu pada tes serum yang meneliti antibodi di dalam sistem kekebalan seseorang untuk memperoleh gambaran jumlah orang yang terpapar pada virus itu.

Informasi ini akan memungkinkan mereka mengizinkan orang itu aktif kembali tanpa risiko akan terinfeksi lagi atau menularkannya kepada orang lain.

Namun, Maria Van Kerkove, kepala urusan penyakit baru dan zoonosis dari Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO), Maria Van Kerkove mengatakan, tes serum ini kemungkinan tidak mampu memberikan informasi yang diinginkan para pemerintahan itu.

“Saat ini, kami tidak punya bukti bahwa penggunaan tes serum bisa memperlihatkan seseorang kebal atau terlindung dari pengulangan infeksi. Penggunaan tes ini adalah untuk mengukur tingkat antibodi dan reaksinya di dalam tubuh setelah satu atau dua minggu mereka terinfeksi virus ini," ujar Maria.

Tes ini akan mengukur tingkat antibodi, tetapi Van Kerkove mengatakan, itu tidak berarti seseorang dengan antibodi dalam tubuhnya kebal terhadap Covid-19.

Michael Ryan, Direktur Eksekutif urusan darurat kesehatan WHO, memperingatkan negara-negara agar bijaksana dan tidak terpaku pada tes ini sebagai cara penetapan status seseorang. Katanya, banyak ketidak-pastian atas efektivitas tes yang masih ada.

“Tidak ada yang menjamin apabila seseorang punya antibodi maka dia terlindung sepenuhnya dari penyakit ini atau tidak akan tertular lagi. Tambahan pula, beberapa tes punya isu kepekaan. Kemungkinan bisa memberikan hasil negatif yang palsu, dan kita kemungkinan berhadapan dengan seseorang yang yakin mereka punya serum positif atau mereka terlindung padahal mereka bisa terpapar dan rentan terhadap penyakit Covid-19,” papar Ryan.

Kata Ryan, masih banyak yang harus dikerjakan untuk standarisasi tes ini dan memastikan tes ini sah. Katanya, kita harus hati-hati dan memastikan tes ini tidak disalahgunakan, tetapi dimanfaatkan dengan cara yang memperbaiki kesehatan publik. [jm/ii]