Vietnam Bangun Kereta Bawah Tanah untuk Hindari Macet Total

Spanduk konstruksi dari calon stasiun pemberhentian di Ho Chi Minh City. (VOA/Lien Hoang)

Pembangunan kereta juga bertujuan untuk mengurangi kebergantungan masyarakat terhadap sepeda motor, yang mencakup 80 persen kendaraan di Ho Chi Minh City.

Dengan gedung pencakar langit dan pasar swalayan baru, Vietnam semakin dekat dengan tujuan resminya menjadi bangsa yang modern. Namun negara itu masih belum memiliki satu jenis transportasi yang dimiliki banyak negara di dunia: sistem kereta bawah tanah.

Setelah bertahun-tahun penundaan dan debat, Vietnam sekarang kelihatannya berkomitmen untuk membangun kereta bawah tanah, dengan konstruksi yang sedang berjalan di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Selain fungsionalitas dan efisiensi, ada kesan bahwa saat kereta-kereta bawah tanah akhirnya "tiba," demikian juga dengan Vietnam.

"Karena kita negara berkembang, kita ingin mencapai apa yang kita pikir harus dimiliki negara-negara maju," ujar Vu Thi Hang Hanh, wakil kepala departemen arsitektur di Ho Chi Minh City University of Architecture.

Hanh adalah konsultan untuk pemerintahan kota, mengerjakan rancangan urban di sekitar stasiun-stasiun kereta bawah tanah. Ia memperhatikan manfaat-manfaat praktis, tapi ia mengatakan bahwa warga Vietnam lain melihat transportasi massal ini sebagai tanda kemajuan teknologi tinggi. Negara Asia Tenggara itu telah lulus dari status penghasilan menengah rendah tahun 2009, dengan penghasilan per kapita saat ini adalah US$2.000 per tahun.

Kereta bawah tanah dapat mengubah tatanan kota-kota Vietnam serta kebiasaan dan perilaku masyarakat kota. Agar kereta-kereta urban bekerja, para komuter harus menyerahkan individualitas kendaraan mereka dan memakai layanan komunal.

"Sangat jelas bahwa kota modern memerlukan sistem transit massal karena orang perlu bergerak," ujar Manfred Boltze, profesor perencanaan dan teknik lalu lintas di Technical University of Darmstadt di Jerman.

“Mungkin ini juga simbolik bagi orang-orang untuk melihat bahwa kota ini berkembang ke arah yang benar."

Sepeda Motor atau Metro?

Para komuter Vietnam terkenal akan kebergantungan mereka akan sepeda motor yang sangat marak, namun konferensi Vietnam-German University mengenai tata kota minggu lalu membahas apakah preferensi itu dapat berubah.

Akan sulit mengalihkan pengendara sepeda motor ke transportasi publik karena banyak hal yang dapat dilakukan dengannya, dari pergi ke pasar untuk berbelanja, sampai membeli kartu telepon dari penjual pinggir jalan.

Sepeda motor mencakup 80 persen kendaraan di Ho Chi Minh City. Mereka biasanya lebih bersih dan lebih murah daripada mobil, serta tidak memakan terlalu banyak tempat, jadi para pengendara tidak punya banyak alasan untuk beralih ke transportasi publik.

Namun para pendukung kereta bawah tanah beralasan bahwa jika para perencana membuat stasiun-stasiun lebih menarik, dalam hal akses dan parkir, mungkin orang-orang dapat menggabungkan kedua pilihan tersebut.

Ada beragam perkiraan, namun diyakini di Ho Chi Minh City bahwa transportasi publik mencakup kurang dari 10 persen lalu lintas. Hal itu bisa berubah dengan kereta bawah tanah, yang memiliki gabungan dana pemerintah dan investor-investor lain dari Jepang, Jerman, Spanyol dan Bank Pembangunan Asia.

Jika kereta bawah tanah populer, para pejabat dan ahli berharap hal itu akan mengurangi kemacetan, polusi dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Di negara berpenduduk 90 juta orang dan 30 juta sepeda motor itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "Luka akibat kecelakaan lalu lintas merupakan sebab utama kematian untuk mereka yang berusia 15-29 tahun."

Polusi merupakan kekhawatiran khusus bagi Vietnam karena industrialisasi telah menyebabkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi, yang dapat membuat negara itu terimbas perubahan iklim.

Macet Total Tahun 2020

Terkait kemacetan, Nguyen Van Nam, dosen di Hanoi University of Transport and Communications, mengatakan Vietnam memiliki tiga sampai lima tahun lagi untuk menghalau pengendara dari jalanan sebelum terjadi kemacetan total yang parah.

"Saya kira transportasi publik di Vietnam akan memainkan peran yang sangat penting di masa depan, terutama metro," ujar Nam. "Karena jika jalanan masih padat seperti sekarang, ekonomi kita akan terimbas sangat negatif."

Ia mengatakan ekonomi memerlukan jalan yang lebih efisien sehingga tidak ada produktivitas yang hilang, akibat waktu pekerja yang terbuang di jalan, dan waktu dan uang perusahaan yang hilang akibat logistik.

Kereta bawah tanah hanyalah satu dari tujuan keseluruhan untuk membuat transportasi lebih bersih. Para peserta konferensi yang lain menyarankan Vietnam untuk memperluas rute-rute bus, meningkatkan standar emisi sepeda motor, mendorong penggunaan sepeda dan sepeda motor listrik, serta menaikkan biaya parkir. [hd/eis]