Untuk Pertama Kali Sekutu-sekutu Eropa di NATO Alokasikan 2% dari PDB Bagi Sektor Pertahanan

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menghadiri pertemuan menteri pertahanan negara anggota NATO di Brussels, Belgia, pada 15 Februari 2024. (Foto: Reuters/Johanna Geron)

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, pada Kamis (15/2), mengatakan untuk pertama kali sejak pembentukan aliansi itu, negara-negara sekutu di Eropa mengalokasikan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) kolektif mereka untuk sektor pertahanan.

"Pada tahun 2024, sekutu-sekutu NATO di Eropa akan menginvestasikan secara total US$380 miliar untuk pertahanan," ujarnya.

Lebih jauh Stoltenberg mengatakan 18 dari 31 anggota NATO pada tahun 2024 ini akan mengalokasikan setidaknya 2% dari PDB mereka untuk sektor pertahanan, target yang ditetapkan oleh anggota NATO satu dekade lalu sebagai tanggapan atas kekhawatiran pasca aneksasi ilegal Rusia terhadap Krimea.

Direktur Senior Pusat Kekuatan Militer dan Politik di Foundation for Defense of Democracies, Brad Bowman, memuji "kemajuan yang signifikan dan positif" dalam hal pengeluaran itu, namun memperingatkan bahwa "masih banyak yang harus dilakukan."

"Setiap ibu kota yang mengabaikan komitmennya dan gagal memenuhi anggaran belanja tahun ini sedianya memberikan penjelasan yang serius. Kita telah menyaksikan invasi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II. Apa yang sedang ditunggu oleh pemerintah-pemerintah [yang abai terhadap komitmennya] tersebut?" kata Bowman kepada VOA.

Negara yang mengalokasikan anggaran bagi pertahanan NATO paling banyak dari PDB mereka adalah Polandia dan Amerika Serikat. Sementara Luksemburg menjadi negara yang paling sedikit mengalokasikan anggaran untuk sektor pertahanan.

Stoltenberg memperingatkan negara-negara anggota aliansi itu agar tidak membiarkan perpecahan terjadi antara Amerika Serikat dan anggota NATO lainnya.

Pernyataan Trump kejutkan Eropa

Kekkhawatiran telah meluas di antara negara-negara anggota NATO tentang komitmen Amerika Serikat terhadap sekutu-sekutunya jika Donald Trump kembali berkuasa, setelah calon terdepan Partai Republik untuk menjadi presiden itu pada hari Sabtu (10/2) lalu mengatakan dia pernah memperingatkan bahwa dia akan "mendorong" Rusia "untuk melakukan apa pun yang diinginkannya" terhadap anggota NATO yang "menunggak" alokasi 2% dari PDB masing-masing negara untuk pertahanan aliansi itu.

BACA JUGA: Perbedaan Trump-Biden tentang NATO dan Peran AS di Dunia

Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat telah mencap pernyataan Trump sebagai "berbahaya" dan "tidak mencerminkan Amerika.”

Stoltenberg pada Kamis mengatakan ia yakin Amerika Serikat akan tetap menjadi "sekutu setia," karena "merupakan kepentingan keamanan nasional bagi AS untuk memiliki NATO yang kuat." Juga karena masih ada "dukungan bipartisan yang luas bagi NATO di AS."

"Kritik di Amerika Serikat utamanya bukanlah soal penolakan terhadap NATO. Kritik tersebut ditujukan terhadap sekutu NATO yang tidak mengalokasikan cukup anggaran untuk NATO," tambahnya. Ia menyebut hal itu sebagai "kasus yang wajar untuk diangkat oleh Amerika Serikat" selama bertahun-tahun.

"Tetapi banyak hal telah benar-benar berubah," kata Stoltenberg, merujuk pada apa yang terjadi pada akhir tahun ini di mana sekutu NATO di Eropa dan Kanada akan menambahkan lebih dari US$600 miliar untuk sektor pertahanan sebagaimana komitmen yang disampaikan tahun 2014. [em/jm/rs]