Ukraina Klaim Terjadi Pelanggaran Setelah Gencatan Senjata Berlaku

Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengeluarkan perintah gencatan senjata di Ukraina timur dalam pertemuan dengan pejabat pertahanan di Kyiv, Ukraina, 15 Februari 2015.

Para pejabat Ukraina menyatakan pemberontak pro-Rusia telah menggempur posisi-posisi Ukraina sejak dimulainya gencatan senjata di Ukraina Timur, tetapi penembakan tersebut telah dihentikan hampir di sepanjang garis depan.

Kepala dinas keamanan Ukraina, Valentyn Nalyvaichenko mengatakan kelompok Cossack Rusia tampaknya bertanggungjawab atas penembakan mortir di kawasan Luhansk. Ia mengatakan penyelidikan sedang dilakukan.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Petro Poroshenko memerintahkan pasukannya agar mematuhi gencatan senjata yang mulai berlaku Sabtu (14/2) tengah malam, yang diharapkan akan mengakhiri pertempuran sengit di bagian timur negara itu antara pasukan Ukraina dan separatis pro-Rusia.

Dalam tayangan langsung tengah malam, Poroshenko mengatakan bahwa sebagai panglima pasukan militer Ukraina, ia menginginkan perdamaian. Tetapi ia juga memperingatkan pemberontak separatis dukungan Rusia agar tidak melanggar gencatan senjata itu.

Ia memperingatkan pemberontak mungkin memanfaatkan Debaltseve untuk “merongrong gencatan senjata.” Pusat jalur kereta strategis itu menjadi lokasi pertempuran sengit yang berkecamuk hingga gencatan senjata mulai diberlakukan, sementara pasukan Ukraina yang terkepung di kota itu bertempur melawan pemberontak.

Pemimpin pemberontak di kota Donetsk mengatakan pasukannya tidak akan membiarkan pasukan Ukraina meninggalkan kota itu selama gencatan senjata.

Berdasarkan ketentuan dalam perjanjian yang diperantarai Eropa di Minsk, pasukan Ukraina dan pemberontak separatis dukungan Rusia harus menghentikan penembakan. Jika ini dipatuhi, kedua pihak akan mulai menarik senjata berat mereka untuk membentuk zona penyangga yang luas.

Sebelumnya pada hari Sabtu (14/2), Presiden Amerika Barack Obama berbicara dengan Poroshenko melalui telepon dan menekankan pentingnya semua pihak untuk menghentikan kekerasan sebagaimana dijadwalkan. Ia juga menyatakan prihatin mengenai meningkatnya pertempuran yang terjadi beberapa jam sebelum gencatan senjata diberlakukan. Presiden Obama menyatakan keprihatinan serupa dalam percakapan teleponnya dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Sabtu (14/2) untuk menekankan pentingnya menerapkan gencatan senjata. Menurut Departemen Luar Negeri, Kerry menyatakan prihatian mengenai “upaya-upaya Rusia dan separatis untuk mengisolasi Debaltseve” menjelang gencatan senjata.

Mereka juga membahas perundingan di New York mengenai rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyambut baik perjanjian di Minsk.

Dewan Keamanan diperkirakan akan bersidang hari Minggu (15/2). Para diplomat PBB menyatakan badan beranggotakan 15 negara itu akan melakukan voting mengenai resolusi yang disusun Rusia itu yang meminta semua pihak untuk menerapkan perjanjian gencatan senjata.