Ukraina Anggap Perjanjian Minsk Racun

Warga Belarusia meneriakkan slogan untuk memberikan dukungan bagi para pedagang di pusat kota Minsk, Belarus (28/2).

Banyak warga Ukraina ragu, negara mereka akan dapat melangsungkan reformasi konstitusi yang selama ini tertunda yang diperlukan untuk memberlakukan kesepakatan perdamaian itu.

Dua tahun setelah konflik Ukraina dimulai, rakyat Ukraina berada dalam tekanan Barat dan Rusia untuk mematuhi perjanjian Minsk. Banyak warga Ukraina ragu, negara mereka akan dapat melangsungkan reformasi konstitusi yang selama ini tertunda yang diperlukan untuk memberlakukan kesepakatan perdamaian itu.

Para politisi dan analis mengatakan, Ukraina disudutkan baik oleh Rusia maupun Barat untuk mengimplementasikan kesepakatan itu, yang menuntut pemberian otonomi yang lebih besar bagi kawasan Donetsk dan Luhansk yang dikontrol separatis, dan mengambil langkah-langkah lain, yang menurut mereka, pada akhinya akan membuat Ukraina kehilangan lebih banyak wilayah.

Alexey Arestovich, mantan pejabat intelijen dan analis militer mengatakan, kepada VOA, perjanjian Minsk merupakan racun bagi Ukraina. Perjanjian itu katanya tidak didukung masyarakat dan tidak mungkin diberlakukan.

Ukraina menuduh Rusia tidak menciptakan kondisi keamanan yang dibutuhkan untuk memberlakukan kesepakatan perdamaian itu, khususnya karena separatis dukungan Rusia meningkatkan serangan mereka di kawasan Timur negara itu. Melangsungkan pemilu regional, sebagaimana dimandatkan kesepakatan perdamaian itu, menurut mereka, tidak mungkin karena pertempuran terus berlanjut. [ab/as]