Tuduhan Kecurangan dalam Referendum Turki Terus Berlanjut

Protes menentang hasil referedum diadakan di Istanbul hari Rabu (19/4).

Protes berlanjut di Istanbul dan di kota-kota lain atas tuduhan terjadinya penipuan dalam referendum hari Minggu (16/4). Kemenangan tipis 51 lawan 49 persen, memberi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan kekuatan untuk mengubah pemerintahan negara itu menjadi sistem presidensial dari sistem parlementer sekarang ini. Tetapi tuduhan atas penggelembungan surat-surat suara dan kesalahan penanganan surat suara terus berlanjut.

Sejumlah demonstran membawa plakat dengan slogan-slogan tentang referendum yang mengatakan "Belum selesai” dan "kelompok yang menolak menang”.

Protes serupa diadakan di Istanbul tapi lebih kecil daripada hari Senin ketika ribuan orang turun ke jalan. Demonstrasi juga diadakan di kota-kota lain, termasuk di ibukota Ankara.

Aksi-aksi protes pada umumnya dibiarkan oleh pasukan keamanan, yang memiliki kekuatan untuk menghentikan mereka, menurut aturan darurat yang diberlakukan setelah kudeta yang gagal bulan Juli. Biasanya kekuatan itu digunakan untuk meredam demonstrasi anti-pemerintah.

Penggrebekan-penggrebekan dini hari dilancarkan di Istanbul hari Rabu, menangkap puluhan orang yang diduga menyelenggarakan dan ikut dalam aksi-aksi protes.

Kerusuhan dipusatkan pada keputusan dewan Pemilihan tertinggi Turki yang mengizinkan penggunaan surat suara tanpa stempel resmi dalam referendum hari Minggu. Menurut UU Pemilu Turki, semua surat suara dan amplopnya harus berstempel resmi, untuk mencegah pemalsuan surat suara. [ps/ii]