Trump: Tuduhan CIA Bahwa Rusia Campuri Pemilu AS Keterlaluan

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dalam wawancara dengan Chris Wallace dalam program "Fox News Sunday" di Trump Tower, New York, 10 Desember 2016 (AP Photo/Richard Drew).

Badan-badan intelijen Amerika telah menyimpulkan Rusia mencampuri bagian terakhir kampanye pemilihan presiden untuk membantu Trump memenangkan jabatan presiden, dan bukan hanya mencampuri proses pemilu Amerika sebagaimana diyakini sebelumnya.

Presiden terpilih Amerika Donald Trump mengatakan kesimpulan CIA bahwa Rusia mencampuri pemilihan presiden Amerika bulan lalu untuk memperkuat peluang Trump untuk menang adalah keterlaluan, dan menyebutnya hanya satu lagi alasan yang dicari-cari Demokrat atas kekalahan mengejutkan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

“Alangkah anehnya kalau kita melihat apa yang dikatakan oleh CIA, ada kekacauan besar,” kata Trump hari Minggu. “Tidak ada orang yang benar-benar tahu. Mereka sama sekali tidak tahu apakah Rusia atau China atau orang lain. Itu bisa saja orang yang duduk di tempat tidur di suatu tempat.”

Trump mengatakan kepada Fox News bahwa ia tidak menentang perintah Presiden Barack Obama untuk meninjau kembali serangan cyber yang disimpulkan oleh CIA datang dari Rusia pada waktu kampanye pemilihan presiden yang berlangsung lama, tetapi mengatakan “kita tidak patut mengatakan hanya “Rusia.” Kita sebaiknya mengatakan juga negara-negara lain, dan mungkin oknum-oknum lain.” CIA mengatakan pihaknya sangat yakin bahwa Rusia berusaha membantu Trump untuk menang.

Badan-badan intelijen Amerika telah menyimpulkan Rusia mencampuri bagian terakhir kampanye pemilihan presiden untuk membantu Trump memenangkan jabatan presiden, dan bukan hanya mencampuri proses pemilu Amerika sebagaimana diyakini sebelumnya, menurut para pejabat tinggi pemerintahan Obama. Kesimpulan itu didasarkan sebagian pada temuan bahwa Rusia meretas jaringan computer Kantor Pusat Partai Republik, di samping kantor organisasi-organisasi Partai Demokrat, tetapi hanya mengungkapkan email memalukan orang-orang Demokrat melalui Wikileaks.

Reince Priebus, pemimpin pusat Partai Republik dan orang yang telah dipilih Trump untuk menjadi kepala staff Gedung Putih mengatakan kepada ABC News partai Republik tidak diretas.

“Seluruh laporan itu didasarkan pada sumber-sumber yang tidak disebut namanya yang mungkin melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan dengan berbicara kepada para wartawan atau seseorang yang berbicara keterlaluan mengenai hal yang sama sekali tidak benar,” kata Priebus hari Minggu. [gp]