Thailand Kaitkan Pelaku Pemboman Kuil dengan Perdagangan Manusia Uighur

Polisi tengah memeriksa lokasi kuil pasca ledakan di Bangkok, Thailand, 18 Agustus 2015 (Foto: dok).

Polisi Thailand untuk pertama kalinya mengumumkan adanya kaitan antara pemboman mematikan bulan lalu dari sebuah kuil Bangkok dengan Uighur, kelompok etnis minoritas di China.

Para penyidik mengatakan Selasa (15/9) mereka percaya pemboman itu merupakan serangan balas dendam yang dilakukan oleh para pedagang manusia yang menyelundupkan warga Uighur melalui Thailand.

"Penyebabnya adalah jaringan perdagangan manusia, jaringan-jaringan tersebut memindahkan warga Uighur dari satu negara ke negara lain," kata Kapolri Somyot Poompanmoung. "Pemerintah Thailand menghancurkan atau menghambat bisnis perdagangan manusia mereka."

Sebulan sebelum serangan, Thailand mendeportasi secara paksa lebih dari 100 anggota kelompok Uighur berbahasa Turki ke Cina, yang mengeluh tentang penganiayaan yang dilakukan oleh Beijing. Keputusan itu dikutuk oleh kelompok hak asasi dan organisasi-organisasi Uighur di pengasingan.

Pejabat Thailand telah selama berminggu-minggu mengisyaratkan namun menolak untuk mengatakan dengan pasti bahwa sebagian besar kelompok Muslim Uighur itu terkait dengan pemboman 17 Agustus, yang menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai puluhan lainnya, sebagian besar wisatawan China.

Pemerintah Thailand telah menangkap dua orang asing dalam kasus ini. Salah satu tersangka, Yusufu Mieraili, ditemukan dengan paspor kelahiran Xinjiang, China, sebuah wilayah di China barat yang merupakan rumah bagi Uighur.

Tersangka lainnya, yang diidentifikasi sebagai Adem Karadak, ditahan di sebuah apartemen di Bangkok tempat ditemukan bahan pembuatan bom. Kewarganegaraan keduanya belum dapat dikonfrmasi.

Para pejabat Thailand mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka percaya tersangka lainnya, yang diidentifikasi sebagai Abudureheman Abudasataer, telah melarikan diri ke Istambul, Turki. Para pejabat Turki, bagaimanapun, mengatakan mereka tidak memiliki catatan ada orang yang memasuki wilayah mereka.

Pemboman di Kuil Erawan merupakan pemboman mematikan dalam sejarah Thailand, tetapi para pejabat enggan untuk mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan aksi terorisme, karena khawatir hal tersebut dapat melukai industri pariwisata yang dianggap penting di negara itu.