Tes DNA Pohon Kurangi Penebangan Hutan Liar

Jonathan Geach (kiri) dari Double Helix Tracking Technologies dan stafnya memeriksa kayu milik PT Larasati Multisentosa di Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: Reuters)

Tes DNA untuk pohon dilakukan untuk menyaring kayu-kayu hasil penebangan liar dan diharapkan dapat mengurangi praktik ilegal tersebut.
Sebut saja CSI: Singapore. Namun tidak seperti dalam acara televisi Crime Scene Investigators yang populer itu, para detektif di sini direkrut untuk mencari bukti dari kayu yang dicurigai oleh pemilik-pemilik toko sebagai bagian dari perdagangan kayu ilegal global yang nilainya mencapai miliaran dolar.

Para detektif ini akan mengambil sampel kayu dan menelitinya di laboratorium, menjalankan tes DNA yang akan menunjukkan spesies dan asal sepotong kayu. Mereka juga akan melacak kayu dan produk kayu dari hutan ke toko untuk memastikan bahwa pengiriman barang tersebut tidak melanggar hukum.

“Ini seperti CSI digabungkan dengan program penyelamatan Bumi,” ujar Jonathan Geach, direktur eksekutif Double Helix Tracking Technologies, perusahaan Singapura yang telah mengembangkan dan mengkomersialisasikan pengujian DNA untuk kayu, dan merupakan satu-satunya perusahaan di dunia yang melakukan hal tersebut.

Setiap dua detik, menurut penelitian terakhir dari Bank Dunia, wilayah hutan seukuran lapangan sepak bola ditebang habis oleh penebang liar. Setiap tahun, penebangan ilegal tersebut menghabiskan wilayah hutan seukuran Irlandia.

Uang yang didapat dari sebuah perdagangan yang diperkirakan oleh Interpol mencapai $30 miliar per tahun tidak terkena pajak dan seringkali dijalankan oleh kelompok-kelompok terorganisir untuk mendanai kejahatan dan konflik. Penebangan meningkatkan pemanasan global karena menaikkan emisi karbon, dan menyebabkan longsor karena hilangnya daerah resapan air. Hal ini menghilangkan mata pencarian masyarakat hutan dan mengganggu harga kayu global.

Sampai sekarang, perlawanan terhadap perdagangan kayu ilegal dilancarkan lewat upaya regulasi dan preventif, namun tidak begitu berhasil. Saat ini fokus ditujukan kepada penggunaan sistem peradilan kriminal dan teknik-teknik penegakan hukum.

Undang-undang baru dengan ancaman hukuman penjara dan denda mendorong banyak perusahaan di seluruh dunia untuk lebih keras mencari tahu dari mana mereka mendapatkan kayu, daripada harus membayar keteledoran mereka.

Gibson Guitar Corp, yang memproduksi beberapa gitar termahal di dunia, setuju pada 6 Agustus untuk membayar penalti sebesar $300.000 setelah mengakui bahwa ada kemungkinan pembelian kayu eboni dari Madagaskar yang mereka lakukan adalah ilegal.

Kesalahan pelabelan, kebohongan mengenai asal atau penggantian jenis kayu untuk jenis yang lain adalah praktik-praktik umum dalam perdagangan kayu.
Pihak berwenang dalam industri mengatakan bahwa kemajuan dan harga yang menurun dari pengujian DNA semakin memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk mematuhi peraturan-peraturan baru di Amerika Serikat dan Eropa mengenai praktik-praktik tadi.

Bisnis ritel seperti Kingfisher, Marks & Spencer dan pengusaha kayu grosir Australia Simmonds Lumber telah menggunakan teknologi tersebut atau berencana mengikutsertakan uji tersebut dalam praktik bisnis mereka.

“Kami melihat hal ini sebagai langkah maju,” ujar Jamie Lawrence, penasihat bidang kayu dan kesinambungan hutan pada Kingfisher, perusahaan ritel perbaikan rumah terbesar di Eropa. Kingfisher telah menggunakan jasa DoubleHelix secara ad-hoc untuk membongkar kasus-kasus kecurangan suplai kayu, ujar Lawrence.

Dengan peralatan uji genetik yang telah diperkecil, prototipe ukuran meja kerja sedang dalam tahap uji coba. Jika berhasil, maka laboratorium-laboratorium di seluruh dunia dapat menjalankan tes DNA kayu yang murah dalam waktu dua tahun ke depan.

Sebuah laboratorium yang dijalankan oleh Andrew Low, kepala bidang ilmiah pada DoubleHelix dan salah satu ahli genetik tumbuhan, adalah garda depan dalam peperangan global melawan penebangan liar.

Di laboratorium yang terletak di University of Adelaide, Australia selatan, metode pengekstraksian DNA dari kayu, meja atau lantai sedang disempurnakan – suatu terobosan untuk mengkomersialisasikan pengujian bagi importir kayu, toko perbaikan rumah dan badan penegak hukum.

Seperti manusia, pohon juga memiliki DNA yang khas, ujar Lowe.

“DNA tersebut ada di setiap sel produk kayu dan Anda tidak dapat memalsukannya,” ujarnya pada kantor berita Reuters.

Pada awal 2011, Lowe dapat mengekstraksi DNA dari kayu yang berusia beberapa dekade dan mendapatkan hasil yang akurat. Hal itu mengarah pada peningkatan bisnis dan DoubleHelix sekarang memiliki 14 klien yang menggunakan jasa mereka, dengan sebagian besar pengujian dilakukan di Adelaide.

Pada 2004, Lowe dan para rekannya mengekstraksi DNA dari kayu pohon ek dari kapal Mary Rose milik Raja Henry VIII, yang tenggelam pada 1945 dan diselamatkan pada 1982.

Saat DoubleHelix mulai menjajakan jasanya pada 2008, cerita mengenai DNA tersebut sulit dijual. Namun ketika undang-undang baru di AS mulai menunjukkan giginya pada dua tahun terakhir, dan peraturan yang lebih keras akan diimplementasikan di Eropa mulai 2013, jumlah klien mereka pun meningkat, ujar Kevin Hill, pendiri DoubleHelix.

Dalam dua tahun ke depan, perusahaan berencana memasarkan ijin teknik ekstraksi DNA Lowe ke laboratorium global, karena industri kayu senilai $150 miliar mendapat tekanan untuk menyaring kayu ilegal.

Meski demikian, uji DNA yang sangat akurat memiliki keterbatasan karena ketiadaan peta genetik pohon global yang lengkap. Namun pembuatan peta tersebut sangat mahal dan menghabiskan waktu. Untuk pohon jati saja dapat menghabiskan $1 juta.
Saat ini basis data yang tersedia baru untuk 20 spesies pohon, terutama kayu-kayu hutan tropis yang berharga. Sementara itu, toko-toko Kingfisher sendiri memiliki 16.000 produk kayu, yang tentu saja sulit untuk dilacak satu persatu.

Mata rantai terlemah dalam suplai kayu ini ada di antara hutan dan tempat penggergajian, di mana kayu curian dan yang berasal dari hutan yang ditebang secara ilegal dapat dimasukkan di antara kayu yang legal. Pengujian DNA dapat mengatasi hal ini, menurut DoubleHelix dan pelanggan terlama mereka, Simmonds Lumber.

Simmonds mengimpor kayu merbau yang laris dari Indonesia, di mana setengah dari penebangan kayunya ilegal, menurut penelitian Bank Dunia. Dengan menggunakan sistem DoubleHelix, setiap pengiriman gelondongan kayu merbau dilacak dari hutan ke tempat penggergajian menggunakan sampel DNA untuk memastikan tidak ada kayu lain yang dimasukkan. Sampel-sampel DNA ini kemudian dipasangkan dengan data dari tempat penggergajian ke gudang Simmonds di Australia.

Namun Simmonds sendiri tidak dapat memberikan harga yang lebih tinggi pada produk kayu yang telah menjalani tes DNA karena kompetisi yang sengit dalam perdagangan kayu.

“DNA lebih kepada pemasaran dan peningkatan saham daripada mendapatkan margin tambahan,” ujar direktur eksekutif John Simon.

Biaya uji DNA dan jasa verifikasi adalah $250 untuk setiap peti kemas, atau 0,5 persen dari nilai kayu.

DoubleHelix mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah membuat tes DNA murah sehingga setiap perusahaan akan melakukannya dan mengatasi masalah perdagangan kayu ilegal.

Pengujian DNA sudah memberikan dampak dalam tuntutan hukum, ujar Shelley Gardner, koordinator program penebangan liar di Departemen Jasa Pertanian dan Hutan di Amerika.

“Setiap kali kita berurusan dengan pengadilan, mereka membela diri dengan mengatakan bahwa tes DNA merupakan penghambat. Ini hanya kasus-kasus kecil. Jika bicara soal perdagangan yang sebenarnya, saya kira tes ini akan memberikan dampak besar,” ujarnya.

Saat ini tidak ada yang tahu secara pasti berapa banyak produk kayu ilegal yang ada di pasaran, jadi para detektif bekerja diam-diam. Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat internasional, mereka berencana melakukan tes di toko-toko Australia dalam beberapa minggu ke depan, sebelum beranjak ke Eropa dan Amerika Serikat, ujar Geach. (Reuters/David Fogarty)