Taliban Bubarkan Protes dengan Kekerasan Setelah Bersumpah Tak Ada Pembalasan

Orang-orang membawa bendera Afghanistan dalam aksi protes anti-Taliban di Jalalabad, Afghanistan, 18 Agustus 2021 dalam tangkapan layar yang diambil dari sebuah video. (Pajhwok Afghan News/Handout via REUTERS)

Taliban terus mengonsolidasikan kekuasaan di Afghanistan di tengah laporan kekerasan terhadap demonstran di bagian timur negara itu, sehari setelah kelompok itu mengumumkan "perang telah berakhir" dan tidak akan ada pembalasan.

Saksi mata mengatakan Taliban menembak ke udara dan memukuli orang-orang dengan tongkat di kota Jalalabad, di mana sekelompok demonstran mencoba menurunkan bendera Taliban dan menggantinya dengan bendera nasional Afghanistan pada Rabu. Sedikitnya tiga orang tewas dan banyak lainnya terluka. Taliban tidak mengomentari masalah ini. Taliban pada Selasa (17/8) berjanji akan menghormati hak-hak perempuan "dalam hukum Islam" dan membentuk pemerintahan "Islam yang inklusif".

Aksi protes warga Afghanistan di Jalalabad, 18 Agustus 2021. (Pajhwok / AFP)

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, Rabu malam (18/8) mencuit bahwa Amerika dan mitranya mengimbau mereka yang berkuasa di Afghanistan agar menjamin hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak perempuan di negara itu. “Kami akan memantau dengan seksama bagaimana pemerintah yang akan datang menjamin hak dan kebebasan mereka,” tulisnya.

Situasi di sekitar ibu kota Afghanistan, Kabul, tetap tenang pada Rabu (18/8), beberapa hari setelah Taliban menguasai kota itu. Lalu lintas meningkat dibandingkan pada Minggu, ketika jalan-jalan hampir sepi. Lebih banyak wanita terlihat di jalan-jalan pada Rabu tetapi kebanyakan wanita tua atau anak-anak. Tidak ada lagi massa wanita muda Afghanistan di jalan-jalan atau di kafe-kafe di daerah-daerah Kabul. Para wanita di Kabul lebih tertutup dari biasanya dibandingkan sebelum kota itu dikuasai Taliban. Pria juga mengenakan pakaian lokal, shalwar kameez.

Pejuang Taliban berpatroli di kawasan Wazir Akbar Khan di kota Kabul, Afghanistan, Rabu, 18 Agustus 2021. (Rahmat Gul/AP)

Taliban memerintah negara itu dengan menerapkan interpretasi hukum Islam yang tegas ketika berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001. Invasi pimpinan Amerika menggulingkan kelompok itu pada 2001 sebagai tanggapan atas serangan teror 11 September di Amerika. Kekhawatiran akan kembalinya gaya pemerintahan itu, dan pembalasan terhadap mereka yang bekerja untuk kelompok bantuan atau pasukan militer asing, telah mendorong massa warga sipil di Kabul untuk ikut dalam evakuasi bersama diplomat dan warga negara asing lainnya.

Meskipun berusaha meningkatkan kecepatan evakuasi agar diharapkan mencapai 5.000 hingga 9.000 orang per hari, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Rabu malam (18/8) bahwa penerbangan militer Amerika telah membawa 1.800 orang ke luar dari negara itu pada Rabu (18/8). Pejabat itu mengatakan sejak Sabtu (14/8), Amerika total telah mengevakuasi hampir 6.000 orang.

BACA JUGA: Upaya Terbangkan Sekutu-Sekutu AS di Afghanistan Alami Tantangan

Presiden Joe Biden mengatakan pasukan Amerika akan tetap berada di Afghanistan sampai semua orang Amerika dievakuasi, meskipun itu melewati tenggat 31 Agustus yang ditetapkan untuk penarikan pasukan Amerika dari negara itu. [ka/ab]