Survei Gallup: Jumlah Warga Afghanistan yang Menderita ‘Sangat Besar’

Sejumlah warga Afghanistan membawa kebutuhan pokok dalam proses pendistribusian bantuan untuk para warga yang membutuhkan di Kabul, Afghanistan, pada 16 Februari 2022. (Foto: AP/Hussein Malla)

Kembalinya Taliban ke kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) yang kacau telah menyebabkan penderitaan yang “belum pernah terjadi” di antara warga Afghanistan, demikian dilansir dari temuan sebuah survei baru.

Menurut jajak pendapat Gallup, 94 persen warga Afghanistan “menilai hidup mereka cukup buruk sehingga bisa dianggap menderita.”

BACA JUGA: Taliban Larang Produksi Opium

Meskipun itu adalah level tertinggi sejak 2005, penderitaan telah meningkat sejak 2017, ketika Taliban memulai serangan panjang untuk merebut kembali negara itu, kata Gallup.

Di antara warga perempuan, sebanyak 96 persen melaporkan mengalami penderitaan, dibandingkan dengan 92 persen pada responden pria. Tidak ada perbedaan mencolok dalam tingkat penderitaan di antara wilayah-wilayah di Afghanistan.

Perempuan juga pesimistis tentang masa depan mereka, kata Gallup, karena Taliban telah mengingkari janji untuk membatalkan pelarangan perempuan menempuh pendidikan menengah dan tinggi. Perempuan telah dilarang bekerja dalam setiap bidang kecuali perawatan kesehatan dan pendidikan dasar.

BACA JUGA: China Janjikan Dukung Kuat Bagi Afghanistan di Konferensi Regional

Kebutuhan akan bantuan kemanusiaan di negara itu sangat mendesak, tetapi perhatian telah beralih dari negara itu sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, kata Gallup.

“Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, AS dan negara-negara lain menjanjikan bantuan dalam jumlah besar. Namun, setelah terjadi krisis di Ukraina, tidak jelas berapa banyak bantuan tambahan yang akan diberikan,” kata Gallup dalam sebuah siaran pers. [lt/ka]