Setidaknya 5 Negara Bantu Pencarian Kotak Hitam AirAsia

  • Ron Corben

Tim SAR dan polisi Indonesia membawa jenasah korban AirAsia yang dikeluarkan dari helikopter Angkatan Laut USS Sampson di pelabuhan Pangkalan Bun (2/1/2015).

Tim SAR dari setidaknya lima negara kini terlibat pencarian pesawat AirAsia yang jatuh ke Laut Jawa hari Minggu. Tujuan utama mereka adalah menemukan perekam data dan suara jet tersebut.

Tim SAR dan kapal-kapal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang dan Amerika kini terlibat upaya mempelajari apa yang terjadi pada pesawat AirAsia penerbangan 8501, yang jatuh di Laut Jawa hari Minggu dalam cuaca buruk.

Sampai Jumat, sudah 30 mayat dari 162 penumpang pesawat Airbus itu ditemukan.

Laju penemuan mayat korban dipercepat hari Jumat, sebagian besar lewat udara dengan helikopter dari USS Sampson, kapal perusak Angkatan Laut Amerika. Para awak helikopter melihat mayat-mayat mengambang dan memandu kapal-kapal ke arah mereka.

Teknisi menggunakan detektor logam, berharap menentukan secara tepat lokasi badan pesawat, yang diyakini berada di dasar laut, di kedalaman sekitar 50 meter. Kondisi cuaca beberapa kali menghambat pencarian pekan ini.

Pakar-pakar dari badan keselamatan lalu lintas udara Perancis, BEA, berada di tempat kejadian dengan hydrophone - alat pendengar bawah air - guna melacak sinyal apapun dari perekam data dan suara penerbangan pesawat AirAsia itu. Bunyi akustik perekam penerbangan biasanya bisa terdeteksi sampai 3.000 meter, tetapi sejauh ini belum ada sinyal yang terdeteksi.

BEA secara rutin menyelidiki kecelakaan yang melibatkan Airbus buatan Perancis, dan badan tersebut memiliki keahlian khusus dalam menemukan perekam penerbangan – yang dikenal sebagai "kotak hitam" - di laut.

Pesawat AirAsia yang hilang hari Minggu sedang dalam penerbangan rutin, dua jam dari Surabaya ke Singapura. Pesawat itu mengangkut 162 penumpang dan awak. Tidak diketahui ada pesan darurat sebelum jet tersebut lenyap dari layar radar.

Hugh Ritchie, kepala eksekutif Konsultan Penerbangan Internasional yang berpusat di Sydney, mengatakan tim SAR berharap sebagian besar pesawat itu masih dalam keadaan utuh setelah jatuh ke laut.

"Keyakinan yang umum adalah pesawat pecah akibat hempasan, bukan di udara. Itu sebabnya kita menemukan mayat-mayat sedemikian dekat,” kata Hugh Ritchie.

Media-media Indonesia melaporkan mayat-mayat yang ditemukan lebih dulu dibawa ke Pangkalan Bun di Kalimantan, yang dekat dengan lokasi kecelakaan, kemudian diangkut ke Surabaya untuk identifikasi resmi.

Sebagian besar penumpang pesawat itu adalah orang Indonesia. Kerabat mereka di Surabaya bersiap melakukan tugas memilukan, mengidentifikasi secara resmi. Korban pertama yang secara resmi diidentifikasi, perempuan Indonesia, sudah dimakamkan hari Kamis, sementara 150 orang menyaksikan pemakaman itu di bawah hujan gerimis.