Setiap Pekan, Manusia Konsumsi Plastik Seberat Kartu Kredit

Maria-Luiza Pedrotti, pakar biologi laut spesialisasi mikroplastik melihat sampel air Laut Tengah di kapal riset dekat Villefrance-sur-Mer, di French Riviera, Perancis, 19 Oktober 2018.

Manusia di seluruh dunia kemungkinan mencerna lima gram partikel plastik yang sangat kecil setiap pekannya atau sama dengan berat sebuah kartu kredit, menurut para peneliti, Rabu (12/6).

Terkandung dalam air keran dan terutama air minum kemasan, partikel polimer yang nyaris tak kasatmata itu juga ditemukan pada kerang, bir, dan garam, ungkap para peneliti dan Universitas Newcastle di Australia.

Penemuan yang berdasarkan 52 studi penelaahan sejawat (peer review) adalah studi pertama yang memperkirakan berat plastik yang dikonsumsi oleh setiap individu, yaitu 250 gram selama satu tahun.

Studi lainnya menghitung bahwa rata-rata orang Amerika makan dan minum sekitar 45 ribu partikel plastik yang lebih kecil dari 130 mikron setiap tahunnya, dan pada saat yang sama menghirup udara dalam jumlah yang sama.

BACA JUGA: Malaysia Pulangkan Ratusan Ton Sampah Plastik

“Plastik tidak hanya mencemari laut kita dan sungai-sungai dan membunuh kehidupan laut, tapi plastik juga ada dalam tubuh kita,” kata Marco Lambertini, direktur jenderal WWF Internasional, yang membuat laporan tersebut.

“Bila kita tidak ingin ada plastik dalam tubuh kita, kita harus menghentikan jutaan ton plastik yang terus mengalir ke alam setiap tahunnya.”

Industri Plastik Tumbuh

Dalam dua dasawarsa terakhir, dunia memproduksi plastik sebanyak yang dihasilkan sepanjang sejarah. Dan, industri plastik diperkirakan akan tumbuh empat persen per tahun hingga 2024, menurut laporan terbaru dari Grand View Research.

Lebih dari 75 persen dari seluruh plastik berakhir menjadi sampah.

Seorang relawan dari LSM “Canarians Libre de Plasticos” (Kepulauan Canary bebas plastik) menunjukkan sampah mikroplastik dan mesoplastik saat membersihkan pantai Almaciga, di Tenerife, pesisir utara Kepulauan Canary, 14 Juni 2018.

Sepertiganya, sekitar 100 juta ton, dibuang atau masuk ke alam, dan mencemari tanah, sungai-sungai dan laut.

Bila tren saat ini bertahan, lautan akan mengandung satu metrik ton plastik untuk setiap tiga metrik ton ikan pada 2025, menurut laporan The New Plastics Economy, yang diterbitkan oleh Ellen MacArthur Foundation.

Baru-baru ini, partikel plastik ditemukan di dalam ikan yang hidup di relung terdalam di samudera. Partikel plastik juga menyelimuti salju paling murni di pegunungan Pyrenees antara Perancis dan Spanyol.

BACA JUGA: Penjelajah Dasar Laut Temukan Sampah di Samudera Pasifik

Para pengarang laporan Rabu juga berterus terang mengenai keterbatasan data pada riset mereka, dimulai dengan fakta bahwa tak banyak diketahui apa konsekuensi mengonsumsi partikel plastik pada kesehatan.

'Nol Plastik'

Beberapa pakar masih skeptis mengenai dampak jangka panjang.

“Berdasarkan bukti-butki yang ada saat ini, saya pikir dampak mikroplastik terhadap kesehatan bukan keprihatinan utama,” kata Alastair Grant, profesor ekologi pada Universitas East Anglia kepada AFP.

Tapi bukan berarti plastik bukan masalah besar, kata Grant.

“Yang kita butuhkan adalah tindakan-tindakan politik dan ekonomi untuk mengurangi jumlah plastik yang dibuang ke lingkungan dan mendorong daur ulang.”

Para pekerja membuka kontainer berisi plastik yang tidak bisa didaur ulang yang ditahan otoritas pelabuhan Klang di Malaysia, 28 Mei 2019.

Laporan-laporan media dan lembaga pengawas menemukan banyak kasus sampah plastik dari negara-negara kaya yang seharusnya didaur ulang di negara-negara miskin, ternyata hanya dibuang atau dibakar.

“Ini kemungkinan besar akan memiliki dampak lebih serius terhadap kesehatan dibandingkan sejumlah kecil partikel plastik pada makanan dan air,” kata Grant.

WWF mengatakan hanya target-target tegas yang didukung oleh komitmen nasional yang diharapkan bisa menahan laju gelombang plastik.

BACA JUGA: Sampah Plastik dari Negara-negara Maju Kemana Perginya?

“Tujuan global harus mengurangi kebocoran plastik ke alam menjadi nol,” kata Eirik Lindebjerg, manajer kebijakan plastik global WWF kepada AFP.

“Kita butuh perjanjian baru yang mengikat secara hukum untuk memerangi polusi plastik di laut. Pernjanjian itu harus perjanjian mandiri seperti Protokol Montreal atau Perjanjian Paris.

“Nol plastik” bukan berarti tidak menggunakan plastik sama sekali.

Tapi sampah harus kembali ke ekonomi melingkar dan plastik tidak lagi dibuat dari bahan bakar fosil, Lindebjerg menambahkan. [ft]