Sensor pada Pesawat Nirawak Dimanfaatkan untuk Pantau Pertanian

Teknologi drone kini bisa dimanfaatkan untuk memantau perkembangan lahan pertanian (foto: ilustrasi).

Sejumlah peneliti menggunakan sensor pada beberapa pesawat nirawak (drone) untuk memantau ladang-ladang para petani dan menyediakan keseluruhan data statistik mulai dari tingkat kelembaban hingga sejumlah muatan pestisida. Akan tetapi pesawat nirawak tersebut mahal dan berdaya energi yang besar.

Beberapa peneliti dari Universitas Washington menciptakan sensor-sensor sangat kecil yang bisa hinggap pada lebah-lebah yang sudah terbang di atas ladang-ladang itu.

Sensor mungil yang terpasang pada badan lebah memantau berbagai informasi data penting lingkungan. Ini merupakan gagasan sekelompok peneliti di Universitas Washington.

Vikram Iyer mengemukakan, "Yang membuat kami mulai berpikir akan hal ini adalah pekerjaan kami sebelumnya terkait pembuatan robot-robot berukuran sekecil serangga.”

Robot ini berukuran kecil seperti serangga, tetapi baterai yang digunakan justru menambah bobot beban terlalu besar untuk menjadikannya bisa terbang dengan baik.

Jadi, tim tersebut memutuskan untuk menggunakan lebah daripada sebuah baterai.

Vikram Iyer memaparkan lebih jauh, "Jika kita memiliki suatu alat sensor yang terbang di sekeliling, kita dapat melakukan beberapa hal seperti memantau suhu udara, kelembaban di beberapa bagian ladang yang berbeda agar dapat lebih memahami kondisi cuaca setempat bagi peningkatan hasil panen.”

Hal itu juga memberikan beberapa petunjuk tentang apa yang menyebabkan koloni lebah menurun dan memantau perjalanan perubahan iklim yang tak terhindarkan.

"Hal lain yang bisa kita lakukan adalah menggunakan ini sebagai sebuah platform penelitian biologi itu sendiri guna menjawab sejumlah pertanyaan tentang apa yang dilakukan oleh lebah, bagaimana perilaku lebah yang dipengaruhi oleh beberapa pestisida atau perubahan iklim dan hal-hal seperti itu,” jelas Vikram.

Mendapatkan informasi dari papan-papan sirkuit itu bisa bermasalah, jadi tim tersebut memasang sejumlah pesawat penerima kecil di beberapa pinggiran ladang yang memonitor lokasi lebah.

Anran Wang dari Universitas Washington mengemukakan, "Kami menempatkan lebah di sekitar lahan pertanian sekaligus mengumpulkan sejumlah data, dan mampu mencapai hingga 80 meter disertai dengan ambang batas kesalahan sejauh dua sampai tiga meter, sehingga aktivitas pertanian cukup banyak dilakukan sesuai dengan yang kami kehendaki."

Perangkat sensor itu sangat ringan dan sepertinya tidak mengubah pola atau perilaku penerbangan lebah. Jadi tim itu mempertimbangkan penambahan beberapa komponen.

"Kami mencoba melihat hal-hal lain yang dapat kami pasangkan kelak, misalnya, sesuatu seperti kamera atau beberapa peralatan sensor lain. Hal-hal seperti itu lah," tambah Vikram Iyer.

Setiap ransel lebah hanya dapat menyimpan data sekitar 30 kilobite, tetapi tim peneliti dari Universitas Washington sedang berupaya untuk meningkatkan kapasitas tersebut. (mg/lt)