Sebulan Setelah Bencana, Filipina Masih Kesulitan Atasi Dampak Topan

  • Simone Orendain

Seorang penyintas berdiri di tengah sampah di Tacloban, Filipina tengah (8/12). (AP/Aaron Favila)

Para petugas kemanusiaan mengatakan meski ada kemajuan di daerah-daerah yang paling terdampak, negara tersebut masih menghadapi jalan panjang menuju pemulihan.
Sebulan yang lalu, topan yang sangat dahsyat menghantam Filipina tengah, memutuskan listrik dan komunikasi, serta meruntuhkan bangunan, membuat banyak orang terhalangi dalam menerima bantuan.

Para petugas kemanusiaan mengatakan meski ada kemajuan di daerah-daerah yang paling terdampak, negara tersebut masih menghadapi jalan panjang menuju pemulihan.

Kantor Pertahanan Sipil Filipina mengatakan sejumlah bank, restoran, pom bensin dan tempat-tempat lainnya sudah buka dan beroperasi di beberapa wilayah yang terkena dampak paling berat. Di Tacloban, kota yang terkena dampak terburuk, jalanan kota masih dipadati oleh penduduk.

Beberapa sekolah telah dibuka kembali dan jumlah orang yang mengungsi di pusat-pusat evakuasi sekarang ini sudah kurang dari 100.000 orang menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa. Badai tersebut memaksa lebih dari empat juta orang mengungsi dan pada puncaknya, pusat-pusat evakuasi mengakomodasi hampir setengah juta orang.

"Mereka sangat ingin membangun kembali rumahnya. Membangun kembali rumah, kembali bekerja, baik sebagai petani atau nelayan, dan mereka ingin anak-anak kembali bersekolah," ujar Chris Kaye, wakil koordinator kemanusiaan PBB untuk Filipina yang telah mengunjungi Tacloban dan kota-kota yang terkena lainnya dalam seminggu terakhir.

Topan tersebut mendorong badai masif yang menghantam Tacloban dan kota-kota di dekatnya, memporak-porandakan komunitas yang bergantung pada pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Angin kencang yang dibawanya menghancurkan sekitar 1,1 juta rumah.

Kaye mengatakan pemerintah telah mendapatkan dana untuk membeli bibit untuk petani tepat waktunya untuk musim tanam padi, yang akan mulai dalam beberapa minggu lagi. Namun, tambahnya, tidak ada cukup bahan bangunan bagi warga untuk membangun rumah yang lebih kokoh dibandingkan yang mereka miliki sebelumnya.

Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) mendirikan sekolah-sekolah tenda sementara untuk sekitar 500.000 murid. Badan tersebut juga telah memulai kerja berat untuk mengidentifikasi anak-anak yang terpisah dari keluarganya karena badai.

Sarah Norton-Staal, kepala perlingungan anak UNICEF, mengatakan program reunifikasi keluarga telah dapat mengumpulkan 36 anak dalam seminggu terakhir.

"Prosesnya lambat karena kita harus datangi warga dan menanyai mereka mengenai anak-anak ini," ujarnya.

Kantor Pertahanan Sipil mengatakan sejak Topan Haiyan melanda, pemerintah telah mencatat lebih dari 21.000 orang yang meninggalkan daerah bencana ke kota besar seperti Manila. Warga terus meninggalkan Tacloban. Namun pejabat setempat mengatakan telah menyerukan para pemilik usaha untuk kembali dan beberapa telah melakukannya.

Pemerintah saat ini memiliki rencana rehabilitasi dengan biaya US$3 miliar yang menurut beberapa badan kemanusiaan memerlukan tiga sampai lima tahun untuk dituntaskan.

Hampir 7.500 orang tewas atau hilang setelah badai melanda. Dan bau busuk yang meruak di Tacloban dan kota-kota pesisir lainnya mengindikasikan masih ada jenazah-jenazah yang belum ditemukan.