Sebuah Desa di Yunani Tetap Berkomitmen Bantu Pengungsi

Sebuah tempat di Yunani dijadikan titip untuk memantau pengungsi yang menyeberang dari Turki.

Kesepakatan mengenai pengungsi yang dicapai Uni Eropa dan Turki pada bulan Maret, tampaknya berada di ambang kehancuran karena ketegangan terkait keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tetapi di sebuah masyarakat kecil Yunani yang terimbas kedatangan pengungsi, tekad untuk membantu pengungsi yang baru tiba tidak melemah.

Mereka menawarkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan, dan saat Eropa dan Turki bentrok terkait krisis pengungsi, sebuah komunitas nelayan Yunani tetap bertekad membantu. Ribuan pengungsi tahun lalu tiba di pesisir Skala Sikamineas, sebuah desa di Lesvos hanya beberapa kilometer di seberang Turki.

Di sepanjang pantai, pelampung penyelamat yang berserakan mengingatkan kita pada lonjakan pengungsi yang melewati perairan itu dalam beberapa tahun terakhir.

Kesepakatan Uni Eropa-Turki mengurangi tajam jumlah kedatangan pengungsi, tapi itu bisa berubah.

Sejak Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengancam untuk mengakhiri kesepakatan itu akhir bulan lalu, satu kelompok sedang bersiap menyelamatkan lebih banyak pengungsi yang terancam bahaya.

Richard Heard, salah seorang anggota tim penyelamat pengungsi mengatakan, "Saya rasa jika ia ingin menghentikan penyelundupan pengungsi dia bisa. Saya rasa, jika dia ingin membuka pintu dan menerima ribuan pengungsi, bisa saja, ia punya wewenang untuk itu."

Mungkin desa ini tampak sepi, tapi jauh sebelum perang Suriah, orang-orang di desa ini sudah membantu para pendatang baru tanpa kenal lelah. Di antara mereka, para nelayan seperti seorang yang diunggulkan menerima penghargaan Nobel, Stratos Valiamos menyelamatkan banyak orang dari bahaya tenggelam. Dia melihat kesepakatan Uni Eropa-Turki sebagai bukti bahwa politisi, yang bersalah, bukan pengungsi.

"Mereka bermain politik dengan orang-orang ini. Saya sendiri juga, dianggap sebagai pion mereka. Itulah anggapan mereka tentang saya," kata Stratos Valiamos, seorang nelayan.

Seperti hal-hal lain di Lesvos, industri pariwisata di desa itu telah terimbas dampak buruk. Meskipun sebagian orang khawatir mengenai kemungkinan datangnya lagi gelombang pengungsi, tetapi tidak ada tanda-tanda protes anti-pengungsi terlihat di tempat-tempat lain di Eropa.

Pemilik rumah makan, Vangelis Stilianou, yang bisnisnya turun separuh pada musim wisatawan musim panas lalu, menjelaskan dengan membandingkan masalah yang dihadapinya dengan penderitaan para pengungsi yang mencari perlindungan.

"Situasi yang sangat menyedihkan bagi mereka, kita harus menolong. Kami tidak memikirkan tentang desa atau bisnis kami. Tidak," ujarnya.

Di dekatnya, petugas di gardu pengawas mengintai laut untuk melihat datangnya pengungsi, yang sekarang menurun jumlahnya hanya beberapa perahu dalam seminggu. Sebuah kamp untuk pengungsi yang baru tiba di sebelah desa telah dibangun, tetapi kosong dan hanya dihuni kelompok relawan yang membangunnya. Sekarang ada relawan dari luar yang datang untuk membantu, tapi mereka mengakui penduduk desa tetap merupakan inti sistem pendukung pengungsi.

Politisi mungkin tidak lagi memiliki belas kasihan, tapi apapun yang terjadi antara Uni Eropa dan Turki, penduduk desa ini menolak untuk tidak peduli [ps/ds]