Satu Kasus Positif COVID-19, Selandia Baru Berlakukan Lockdown

Antrean pembeli memasuki supermarket di Auckland, Selandia Baru, Selasa, 17 Agustus 2021. (Jason Oxenham/New Zealand Herald via AP)

Perdana Menteri Jacinda Ardern menempatkan Selandia Baru pada tiga hari lockdown, Selasa (17/8) setelah satu kasus infeksi COVID-19 dikonfirmasi di sebuah komunitas di Auckland, kota terbesar di negara itu.

Infeksi baru itu yang pertama di Selandia Baru dalam enam bulan, didiagnosis pada seorang pria berusia 58 tahun yang telah mengunjungi daerah sekitar Coromandel, meski tidak diketahui bagaimana ia tertular virus yang menyebabkan COVID-19 itu.

PM Selandia Baru Jacinda Ardern dalam konferensi pers di Wellington, 17 Agustus 2021. (AP)

Dalam sebuah jumpa pers, Ardern menyampaikan tidak akan diketahui secara pasti apakah kasus tersebut disebabkan varian delta yang sangat menular sampai pengetesan genetik selesai dilakukan. Arden menyatakan Auckland dan Coromandel akan berada dalam keadaan lockdown selama tujuh hari sementara negara lainnya memberlakukan tiga hari.

"Varian delta disebut-sebut sebagai faktor pengubah, dan itu memang terjadi," kata Ardern kepada sejumlah wartawan. "Itu berarti kita harus kembali bekerja keras dan menghentikan lebih awal penyebaran ini. Kita telah melihat apa yang bisa terjadi di tempat lain jika gagal mengatasinya. Kita hanya punya satu kesempatan." Jika dikonfirmasi, Selandia Baru akan menjadi salah satu negara terakhir di dunia di mana varian itu muncul.

Kasir di sebuah supermarket di Auckland, Selandia Baru, membantu pelanggan memasukkan barang belanjaannya ke dalam tas, Selasa, 17 Agustus 2021. (AP)

Di bawah aturan lockdown level 4 di Selandia Baru, sekolah, kantor, dan semua bisnis akan ditutup, dan hanya layanan esensial yang dapat beroperasi. Perintah terakhir untuk tetap berada di rumah dicabut pada Maret lalu.

Negara berpenduduk 5 juta jiwa itu termasuk yang terbaik di dunia dalam penanganan virus penyebab COVID-19. Di Selandia Baru hanya terjadi 2.914 kasus dengan 26 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS, yang melacak wabah secara global. Sebagian besar dari keberhasilan itu dikarenakan Selandia Baru menutup perbatasannya selama 18 bulan terakhir bagi warga yang bukan penduduknya. [mg/lt]