Rusia Kerahkan Pasukan pasca Permintaan Bantuan Presiden Kazakhstan

Pasukan Rusia turun dari pesawat militer untuk membantu sebagai penjaga perdamaian di Almaty, Kazakhstan (8/1).

Rusia hari Minggu (9/1) mengatakan tetap mengirim pasukan ke Kazakhstan setelah rangkaian demonstrasi di negara Asia Tengah itu menyebabkan Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengeluarkan perintah tembak mati untuk mengatasi kerusuhan yang berlangsung di negaranya selama seminggu.

Dalam pidato nasional yang disiarkan televisi, Jumat (7/1) lalu, Presiden Kassym-Jomart Tokayev menyebut para pengunjuk rasa di negaranya sebagai “bandit dan teroris".

"Saya telah memberi perintah kepada penegak hukum dan tentara untuk menembak tewas tanpa peringatan. Ada seruan di luar negeri pada pihak-pihak untuk mengadakan negosiasi untuk menyelesaikan masalah secara damai - itu adalah omong kosong," tegasnya.

Tokayev, meminta bantuan Rusia melalui Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, aliansi militer enam negara bekas Soviet yang dipimpin Rusia. Rusia mengatakan telah mengirim sekitar 2.500 tentara ke Kazakhstan sebagai penjaga perdamaian.

BACA JUGA: Tentara Rusia Terus Berdatangan ke Kazakhstan

Andrey Serdyukov, komandan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Kazakhstan mengatakan, "Pelaksanaan tugas unit-unit Pasukan Penjaga Perdamaian Kolektif akan berlanjut sampai situasi benar-benar stabil."

Wakil Menteri Pertahanan Kazakhtan Sultan Gamaletdinov menegaskan keberadaan pasukan pimpinan Rusia itu. "Saat ini operasi kontra-terorisme berlanjut di wilayah Republik Kazakhstan. Ini akan berlanjut sampai teroris benar-benar dihancurkan dan tatanan konstitusional dipulihkan di Republik Kazakhstan."

Negara Asia Tengah yang kaya energi dan berpenduduk sekitar 19 juta orang itu telah diguncang kerusuhan selama seminggu dengan puluhan orang tewas. Kerusuhan ini adalah yang paling luas sejak kemerdekaan Kazakhstan dari Uni Soviet pada tahun 1991.

Dua tentara Kazakhstan melakukan patroli di jalanan, pasca demonstrasi rusuh di ibu kota Almaty (7/1).

Kenaikan harga bahan bakar telah memicu kerusuhan seminggu yang lalu di wilayah provinsi barat tetapi dengan cepat mencapai kota-kota besar, termasuk pusat ekonomi Almaty, di mana kerusuhan meletus dan polisi melepaskan tembakan menggunakan peluru tajam.

Lebih dari 100 bisnis dan bank diserang dan dijarah dan lebih dari 400 kendaraan dihancurkan, kata kementerian dalam negeri Kazakhstan. Protes menyebar ke kota terbesar di negara itu, Almaty, di mana para demonstran menyita dan membakar gedung-gedung pemerintah.

Pihak berwenang mengatakan pasukan keamanan membunuh 26 demonstran dalam kerusuhan minggu ini dan 18 petugas penegak hukum tewas.

Your browser doesn’t support HTML5

Rusia Kerahkan Pasukan ke Kazakhstan Setelah Perintah Tembak Mati Demonstran


Kementerian dalam negeri sebagaimana dikutip media lokal dan kantor berita AFP, Minggu, menyebut total 5.135 orang telah ditahan untuk diinterogasi sebagai bagian dari 125 investigasi terpisah atas kerusuhan tersebut.

Meski situasi terakhir di Almaty dinyatakan relatif tenang, demonstrasi damai tetap berlangsung Minggu (9/1) di kota Zhanaozen di kawasan Mangystau, tenggara negara itu. [my/ka]