Robot Mulai Gantikan Tenaga Manusia di China

Your browser doesn’t support HTML5

Robot sudah lama digunakan untuk manufakturing kelas berat, seperti untuk perakitan otomotif, tapi sekarang penggunaannya meluas seiring dengan kemampuannya.
Produk 'Made in China' semakin mendominasi di seluruh dunia. Tapi kini, kenaikan upah tenaga kerja di China mendorong proses otomasi di sektor manufakturing. China menjadi negara di dunia yang paling banyak memborong robot. Produsen teknologi robotik mendatangi Shanghai untuk memanfaatkan kesempatan bisnis ini.

Robot sudah lama digunakan untuk manufakturing kelas berat, seperti untuk perakitan otomotif, tapi sekarang penggunaannya meluas seiring dengan kemampuannya.

CEO perusahaan robot Jepang Yaskawa, Shunrin Mizutani, mengatakan selain untuk industri penerbangan, robot kini juga digunakan untuk membuat iPhone dan smartphone lainnya.

"Perakitan yang tadinya dilakukan ratusan ribu orang kini diambil alih oleh robot," ujarnya.

Perkembangan robotik yang pesat

Yaskawa adalah salah satu perusahaan manufakturing robotik yang berbasis di Shanghai. Mizutani mengatakan bahwa ketika perusahaannya mulai beroperasi di China pada tahun 1996, mereka hanya menjual lusinan robot per tahun. Sekarang mereka dapat menjual ribuan.

Menurut Federasi Robotik Internasional, tahun lalu 23.000 unit terjual di China, menjadikannya pasaran yang berkembang paling pesat di dunia.

"Tahun ini kami melihat peningkatan yang cepat di pasaran industri robot di China," ujar Wang Zhiliang, direktur Departemen Internet di Universitas Sains dan Teknologi di Beijing.

Wang mengatakan industri di China sebelumnya tidak antusias dengan proses otomasi. Namun tidak demikian setelah semakin banyak pabrik menyadari bahwa penggunaan robot tidak hanya meningkatkan kualitas, tapi juga dapat mendongkrak keuntungan.

Institut Otomasi Shenyang yang berfokus pada robotik di China, sudah kebanjiran pesanan robot hingga 2015. Wang menambahkan, kuncinya terletak pada meningkatnya upah tenaga kerja di China pada tahun-tahun belakangan ini.

Foxconn, salah satu perusahaan manufakturing terbesar di China -- yang juga merakit produk-produk Apple -- telah menetapkan target untuk menambahkan satu juta robot tahun depan. Tren ini juga meluas, tak hanya bagi pabrik.

"Kini kita punya robot-robot yang dapat digunakan di rumah sakit dan dapat membantu dengan penyembuhan sendi atau menjalankan berbagai prosedur sederhana. Mereka robot penyedia jasa," ujarnya.

Pengembangan robot penyedia jasa menjadi fokus penelitian Wang di Universitas Sains dan Teknologi Beijing.

Bersama sekelompok siswanya, Wang mengembangkan robot yang dapat memecahkan salah satu masalah sosial di China, yaitu meningkatnya jumlah warga usia lanjut. Ia menjelaskan bahwa robot dapat berguna untuk mengingatkan para manula untuk meminum obat, berjalan tidak terlalu jauh, atau mengingatkan mereka untuk tidur. Walaupun begitu, masih banyak tantangan lain.

"Misalnya, jika seorang manula membutuhkan seseorang untuk menuangkan mereka segelas air. Tantangannya saat ini adalah untuk memprogram robot untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan mengangkat gelas," jelasnya. "Inteligensi buatan (artificial intelligence) masih menjadi bagian tersulit."

Mizutani dari Yaskawa mengatakan perusahaannya sedang menggarap konsep robot yang dapat membantu warga usia lanjut untuk berbelanja online, menemani dengan bercakap-cakap dengan mereka, atau bahkan untuk memasak.

Memang di saat robot dapat merakit iPhone, tugas-tugas yang tersimak sederhana seperti menuangkan segelas air menjadi tantangan bagi para pengembang robot di China.