Rini Sugianto ‘Hidupkan’ Karakter Kura-Kura Ninja di Layar Lebar

Rini Sugianto, animator Indonesia untuk film-film Hollywood

Animator Indonesia, Rini Sugianto, kembali menuangkan hasil karya animasinya ke dalam film Teenage Mutant Ninja Turtles garapan sutradara asal Afrika Selatan, Jonathan Liebesman.

Animator Indonesia, Rini Sugianto, kembali menuangkan hasil karya animasinya ke dalam film Teenage Mutant Ninja Turtles garapan sutradara asal Afrika Selatan, Jonathan Liebesman. Film dengan dana pembuatan sebesar 125 juta dolar ini tengah menduduki posisi nomor dua di Box Office Amerika.

Rini Sugianto, animator asal Indonesia untuk film-film Hollywood

Di akhir tahun 2013, Rini yang baru saja selesai ikut menggarap animasi untuk film the Hobbit: the Desolation of Smaug, memutuskan untuk keluar dari perusahaan milik Peter Jackson, WETA Digital, di Selandia Baru yang telah menjadi tempatnya bekerja selama 3,5 tahun. Rini kemudian hijrah ke Los Angeles, Amerika untuk berkumpul kembali dengan suaminya.

Tak lama kemudian ia mendapat tawaran dari perusahaan Indutrial Light and Magic, yaitu anak perusahaan dari Lucas Film di San Francisco, untuk ikut bergabung di tim yang tengah terlibat dalam penggarapan animasi untuk film Teenage Mutant Ninja Turtles.

“Dulu memang kita pernah kontak sebelum saya pindah ke Selandia Baru,” kata Rini kepada VOA baru-baru ini.

“Tetapi pada saat itu saya memutuskan untuk pindah ke Selandia Baru. Kebetulan kita saling menjaga hubungan,” lanjut perempuan lulusan S2 jurusan animasi dari Academy of Art di San Francisco ini.

Begitu mereka tahu Rini telah kembali ke Amerika, mereka pun langsung menghubungi dan menawarkan Rini untuk bergabung. Tawaran tersebut langsung diterima, walaupun akhirnya Rini harus pindah ke San Francisco. Waktu itu proses penggarapan animasi filmnya berlangsung selama 3,5 bulan.

“Film animasi memang seperti itu industrinya. Mau tidak mau kita mengikuti proyeknya di mana,” jelas Rini yang saat ini masih berstatus sebagai kontraktor. “Kalau misalnya kita sudah settle di satu perusahaan tidak usah pindah-pindah lagi,” lanjutnya.

Donatello, Raphael, Michaelangelo, dan Leonardo Kembali Beraksi dalam Film Teenage Mutant Ninja Turtles

Tugas Rini sebagai animator adalah menghidupkan karakter-karakter utama di film dengan jenis photo-realistic ini, sehingga terlihat seperti karakter yang nyata.

“Untuk (film Teenage Mutant Ninja Turtles) kebetulan saya mengerjakan hampir semuanya,” ujar perempuan kelahiran tahun 1980 ini. “Kebanyakan untuk Donatello, Michaelangelo, Leonardo, atau Raphael,” tambahnya.

Ada sedikit perbedaan dari film Teenage Mutant Ninja Turtles kali ini jika dibandingkan dengan film-film yang sebelumnya.

“Desain turtlenya sendiri memang beda dengan desain Teenage Mutant Ninja Turtles yang sebelumnya,” jelas animator yang juga pernah ikut menggarap animasi dan efek visual untuk film-film Hollywood seperti the Adventures of Tintin, the Avengers, the Hobbit: An Unexpected Journey, Iron Man 3, dan the Hunger Games: Catching Fire.

Tantangan Menggarap Film Teenage Mutant Ninja Turtles

Teenage Mutant Ninja Turtles saat ini menduduki posisi nomor dua di Box Office Amerika

Teenage Mutant Ninja Turtles muncul untuk pertama kalinya pada akhir tahun 1980an. Sejak itu, karakter-karakternya mulai melejit melalui berbagai film dan komik. Karena sudah lama tidak mengikuti cerita mengenai empat kura-kura ninja ini, Rini pun kembali membaca cerita-ceritanya sebagai persiapan untuk menggarap animasi filmnya.

“Mesti baca-baca lagi,” ujar Rini sambil tertawa. “Soalnya sudah lama tidak mengikuti ninja turtle. Dulu masih kecil waktu film kartunnya (ada) di televisi. Jadi sekarang membaca-baca lagi dan juga menyesuaikan dengan adaptasi di film yang baru ini,” tambahnya.

Animator Indonesia untuk film-film Hollywood, Rini Sugianto

Senang tentunya bisa menggarap film besar yang ikut diproduseri sutradara kenamaan Michael Bay. Ditambah lagi, film Teenage Mutant Ninja Turtles ini memang sudah sangat dinanti oleh para fans dan diharapkan bisa menaikkan pendapatan dari film-film Hollywood yang menurun di musim panas tahun ini. Namun, hal ini justru menjadi tantangan bagi tim animasi, termasuk Rini sendiri.

“Ini agak mirip dengan film-film besar seperti Hobbit, karena fan basenya sudah banyak. Apalagi untuk film Ninja Turtle sudah banyak film-film sebelumnya. Jadi penggemarnya sudah ada gambaran sendiri. Seperti apa karakter dan personalitinya. Mereka punya persepsi masing-masing,” papar Rini. “Kita agak kerepotan untuk membuat everyone happy. Dan karena ini salah satu film yang ditunggu-tunggu, jadi pressure-nya lebih besar,” tambah perempuan yang hobi mendaki gunung ini.

Beban yang dirasakan berubah menjadi rasa lega, ketika melihat namanya terpampang di bagian akhir filmnya.

“Selalu senang ya. Kerja keras untuk menyelesaikan filmnya, bisa di liat di teater dan nama di credit title nya membuat saya merasa being part of the team,” kata Rini.

Rencananya sebentar lagi Rini akan kembali menggarap animasi untuk film berikutnya.

“Ada beberapa proyek. Film superhero, tapi masih belum bisa bilang,” kata Rini.

Berbagi Mengenai Animasi

Rini Sugianto aktif mengajarkan animasi di Indonesia

Di tengah-tengah kesibukannya, Rini masih aktif mengajarkan animasi melalui program mentoringnya, Flash Frame Workshop, di Internet. Mengingat kesibukan para murid dan pekerjaannya masing-masing, rencananya Rini akan mengadakan kelas yang hanya memakan jangka waktu yang pendek.

“Jadi yang ini hanya dua hari selama lima jam. Jadi benar-benar fokus ke satu topi,” papar Rini.

Kepada para muridnya atau animator di Indonesia, Rini selalu berpesan untuk selalu membangun portfolio. “Demo reel atau portfolio. Itu yang selalu saya tekankan ke murid murid saya. Dibidang art, yang bisa kita tunjukan itu hasil kerja kita. Mungkin lebih harus ditekankan: good demo reel,” ujarnya menutup wawancara dengan VOA.