Ribuan Migran Lintasi Meksiko Menuju ke AS

Konvoi ribuan migran, sebagian besar dari Amerika Tengah dan Venezuela, berjalan di sepanjang jalan raya Huehuetan di negara bagian Chiapas, Meksiko untuk menuju perbatasan Amerika Serikat.(Foto: AP)

Rombongan migran yang berjumlah antara empat dan lima ribu orang – yang sebagian besar berasal dari Venezuela, Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia – hari Selasa (7/6) melintasi bagian selatan Meksiko menuju Amerika.

Kelompok itu kini berada sekitar 30 kilometer utara Tapachula, sebuah kota di Meksiko yang berbatasan dengan Guatemala dan salah satu tempat singgah utama ribuan migran yang tiba di Meksiko.

BACA JUGA: Karavan Migran Berangkat dari Meksiko Selatan

Keberangkatan rombongan migran, yang terbesar tahun ini, bertepatan dengan penyelenggaraan KTT Amerika di Los Angeles pekan ini. KTT Amerika adalah pertemuan perwakilan hampir semua negara di benua Amerika: Amerika Utara, Amerika Latin, Amerika Tengah dan Karibia. Salah satu topik yang akan dibahas dalam pertemuan itu adalah bagaimana bersama-sama mengelola krisis migrasi regional yang semakin berkembang.

Sejumlah aktivis yang menemani rombongan ini menekankan bahwa salah satu tujuan mereka adalah menarik perhatian para pemimpin dunia akan kebutuhan warga yang melarikan diri dari negara mereka.

Tetapi banyak migran dalam kelompok ini yang sama sekali tidak mengetahui tentang pertemuan itu dan hanya berhadap dapat masuk ke Amerika. Salah seorang di antara mereka adalah María José Gómez, usia 24 tahun, dan Roselys Gutiérrez, usia 25 tahun, pasangan asal Venezuela yang meninggalkan negara mereka karena homophobia. “Kami berdua diserang secara fisik dan verbal. Kami harus menyeberangi hutan Daerien dan melewati banyak negara yang memiliki rasa tidak suka pada warga asing (xenophobia). Di sebagian negara itu masih ada orang yang baik kepada kami, tetapi banyak hal telah terjadi dalam perjalanan ini,” ujar Gomez.

Seorang pria migran tampak membawa bendera AS sambil menarik barang bawaannya bersama karavan migran Amerika Tengah lainnya, saat meninggalkan kota Tapachula di negara bagian Chiapas, Meksiko untuk menuju ke perbatasan AS, 6 Juni 2022. (Foto: AP)

Sebagian besar dari warga yang kini terdampar di bagian selatan Meksiko itu mengeluhkan tentang lambatnya prosedur mengajukan status pengungsi di Meksiko, dan harus menghabiskan waktu berbulan-bulan di sebuah kota di mana mereka tidak memiliki pekerjaan dan hidup dalam kemiskinan.

Menurut angka resmi, ada sekitar 50.000 migran yang telah mengajukan diri menjadi pengungsi pada tahun 2022, atau berarti 20% lebih banyak dibanding pada periode yang sama tahun lalu.

Meskipun rombongan migran ini menarik banyak perhatian media, mereka mewakili kelompok minoritas yang tidak memiliki dokumen, yang melintasi Meksiko dengan bantuan penyelundup migran. [em/ka]