Ramadan Pacu Ekonomi di Sejumlah Wilayah di AS

  • Leonard Triyono

Sebuah keluarga Muslim di Amerika saat berbuka puasa. Di beberapa wilayah di AS dimana bermukim banyak imigran Muslim, Ramadan membawa berkah untuk perekonomian setempat. (Foto:dok)

Di beberapa tempat di Amerika, di mana bermukim banyak imigran Muslim, berkah bulan Ramadan juga memacu roda perekonomian setempat.
Sebagian bisnis di Amerika sesungguhnya beruntung selama Ramadan, terutama di tempat-tempat yang banyak penduduknya beragama Islam, seperti di kota Dearborn yang termasuk wilayah metropolitan kota Detroit di negara bagian Michigan.

Di kota yang menjadi markas besar industri mobil Ford ini bermukim banyak imigran keturunan Arab, yang menurut sensus 2010 mencapai 41,7 persen atau sekitar 40,000 jiwa dari populasi kota yang berjumlah 98.153 jiwa. Warga keturunan Arab telah menetap di kota itu sejak datangnya gelombang imigran Arab pertama pada sekitar awal hingga pertengahan abad ke-20 untuk bekerja dalam industri otomotif.

Kini, di kota di mana berdiri Islamic Center of America (Pusat Islam Amerika), dengan masjid terbesar di Amerika Utara ini, warga keturunan Arab tidak hanya bekerja dalam industri mobil, tapi juga mengoperasikan berbagai bisnis eceran dengan membuka toko-toko dan restoran-restoran.

Salah satu restoran itu bernama Famous Hamburger yang menjual hamburger halal. Restoran cepat saji ini tutup pada siang hari dan baru buka mulai pukul 6:00 sore selama Ramadan. Seperti dilansir Marketplace, restoran yang dimiliki dan dikelola keluarga ini setiap hari setelah matahari terbenam selama Ramadan kewalahan diserbu pelanggan.

Mohamed Haider adalah manajer umum restoran itu. Dia mengatakan, restorannya begitu ramai sehingga pelanggan harus menelpon terlebih dulu untuk memesan tempat duduk sebelum datang ke restoran itu.

Adnan Duranni adalah CEO American Halal, sebuah perusahaan yang berkecimpung dalam produksi makanan halal bagi umat Islam di Amerika. Masih menurut Marketplace, Duranni mengatakan Ramadan benar-benar meningkatkan omzet penjualan perusahaannya. Katanya, Ramadan bahkan bisa diumpamakan sebagai Thanksgivings Day atau “Hari Bersyukur” di Amerika, tapi bedanya Ramadan berlangsung selama 30 hari berturut-turut.

Kepada Marketplace, Adnan mengatakan Ramadan memberinya 30 persen omzet usaha sepanjang tahun. Di antara Muslim di Amerika, Ramadan diibaratkan seperti Superbowl – yakni pertandingan final sepakbola ala Amerika yang umumnya ditonton warga dengan makan-makan. Bedanya, suasana gembira Ramadan dilakukan setiap malam selama sebulan.

Sementara itu, situs berbagi video Youtube meluncurkan saluran baru selama Ramadan, yakni Youtube.com/Ramadan. Seperti dilansir Marketplace, Maha Abouelenein dari Youtube mengatakan dalam saluran Ramadan itu dapat ditonton 50 opera sabun berbahasa Arab yang populer di dunia Muslim. Dia mengatakan, setelah berbuka puasa dan sholat, keluarga-keluarga di Timur Tengah dan Afrika Utara biasanya berkumpul untuk menonton televisi. Sajian Youtube itu akan menjadi alternatif, dan konten program-program Youtube khusus untuk Ramadan itu tentu akan menghasilkan uang.