Putin: Sang Autokrat yang Incar Tatanan Dunia Baru

Presiden Vladimir Putin menyampaikan pesan Tahun Baru setelah kunjungan pejabat militer di Rusia, 31 Desember 2022. (Foto: Kremlin via AP)

Selama dua puluh tahun terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil mengokohkan sistem represif di dalam negeri dan meningkatkan ketegangan dengan Barat. Dan diperkirakan pemilihan presiden yang akan berlangsung pada Minggu (17/3) akan menghasilkan kemenangan besar kelima bagi Putin.

Sejak menjabat menjadi orang nomor satu di Kremlin pada malam Tahun Baru 1999, Putin, yang sebelumnya adalah agen rahasia KGB yang tak dikenal, berhasil menancapkan kekuasaannya dengan menundukkan para oligarki. Dia melarang segala bentuk oposisi yang nyata, dan mengubah Rusia menjadi negara otoriter.

Kritikusnya yang paling vokal, Alexey Navalny, meninggal di koloni penjara Arktik secara misterius pada bulan lalu. Barisan oposisi lainnya juga menjalani hukuman penjara yang lama atau memilih melarikan diri ke pengasingan.

Dari luar negeri, Putin yang berusia 71 tahun mempelopori upaya untuk menantang dominasi Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan warga usai kunjungan ke kompleks rumah kaca Solnechniy Dar di luar Stavropol, Rusia, pada 5 Maret 2024. (Foto: via AP)

Cengkeraman kekuasaannya semakin erat setelah ia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Munculnya perbedaan pendapat masyarakat terkait perang akan dibungkam, lewat proses pengadilan dan hukuman penjara.

Jika Putin kembali berkuasa, pemerintahannya berisiko akan ditentukan oleh perang di Ukraina yang telah menelan ribuan korban jiwa dan memicu sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga menyebabkan tekanan dalam perekonomian Rusia.

Gelombang protes menerpa Rusia setelah ia memerintahkan pasukannya merangsek ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dini hari. Namun, protes-protes tersebut berhasil segera dibubarkan.

Hentikan Pemberontakan

Meski demikian, gelombang protes kembali terjadi beberapa bulan ketika pemerintahnya mengumumkan mobilisasi parsial, menyusul kegagalan Moskow menggulingkan pemerintah Ukraina selama konflik awal.

BACA JUGA: Lagi, Putin Ingatkan Barat: Rusia Siap untuk Perang Nuklir

Tantangan paling serius terhadap pemerintahan lama Putin terjadi pada Juni 2023. Saat itu, Yevgeny Prigozhin, sekutu lama dan pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, ingin memberontak untuk menggulingkan kepemimpinan militer Rusia.

Pemberontakan berdarah ini dapat merusak citra yang dibangunnya sendiri sebagai seorang master strategi. Hal tersebut bisa menjadi situasi yang tidak menyenangkan bagi seorang pemimpin yang sering membandingkan dirinya dengan Peter yang Agung, seorang kaisar yang dikenal sebagai pemikir reformis dan penguasa yang berhasil memperluas wilayah Rusia.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, Putin menunjukkan kekuasaannya yang bertahan lama.

Oposisi dalam negeri sebagian besar bungkam, perekonomian kembali tumbuh, militer Rusia berhasil menguasai wilayah timur Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, dan Putin kembali melakukan lawatan ke luar negeri.

Seorang gadis memegang plakat bergambar Presiden Rusia Vladimir Putin pada protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina di Tel Aviv, Israel, 5 Maret 2022. (Foto: AP)

Putin memulai kariernya sebagai perwira intelijen sebelum memulai karier politik di kantor wali kota di kota asalnya, Saint Petersburg, pada 1991, ketika Uni Soviet runtuh.

Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia, mengangkatnya sebagai kepala dinas keamanan FSB pada 1998 dan sebagai perdana menteri pada tahun berikutnya.

Harapan Reformasi Awal

Strategi tersebut merupakan rencana yang disusun dengan teliti, mencapai puncaknya saat dia ditunjuk sebagai penjabat presiden setelah Yeltsin mengundurkan diri.

Putin memenangkan pemilihan presiden pertamanya pada Maret 2000 dan masa jabatan kedua pada 2004.

Pada awalnya, banyak pihak berharap bahwa terpilihnya Putin akan membuat Rusia melakukan reformasi total. Dan sosok Putin juga diharapkan dapat menjadi mitra demokratis yang dapat diandalkan bagi Barat di panggung global.

Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, melambai saat ia berdiri bersama mantan Presiden Boris Yeltsin dalam parade di Lapangan Merah, di Moskow, 9 Mei 2000. (Foto: AP)

Putin berhasil mendapatkan dukungan dari penduduk Rusia dengan janji untuk menciptakan stabilitas di negara yang pada saat itu masih dalam tahap pemulihan dari satu dekade kesulitan dan kekacauan ekonomi setelah runtuhnya Uni Soviet.

Setelah menjabat sebagai presiden dua kali, Putin kembali ke jabatan perdana menteri pada 2008. Langkah ini diambil untuk menghindari batasan konstitusional yang melarang seseorang memegang jabatan presiden lebih dari dua periode berturut-turut.

Namun ia tetap memegang kendali kekuasaan dan kembali menjadi presiden pada 2012 meskipun terjadi protes pro-demokrasi di Moskow. Ia juga berhasil menang untuk masa jabatan keempat pada 2018.

Dia memenjarakan kritikusnya yang paling vokal, Alexey Navalny, pada 2021 dan menjebloskannya ke bui selama tiga tahun hingga menjempul ajal pada Februari 2024.

Pemimpin oposisi Rusia Alexey Navalny mendengarkan pertanyaan saat berbicara kepada media di Moskow, Rusia, Selasa, 27 Agustus 2013. (Foto: AP)

Tindakan represi terhadap gerakan oposisi meningkat setelah dimulainya perang di Ukraina.

Ribuan warga Rusia dijatuhi hukuman penjara yang panjang dengan menggunakan undang-undang sensor baru.

Tirai Besi Baru

Negara-negara Barat menerapkan sanksi yang secara efektif memisahkan Rusia dari sistem perbankan global, menyebabkan Rusia terisolasi.

Pada Oktober 2023, Putin menuding Eropa menciptakan “Tirai Besi baru” dan mengatakan Rusia sedang membangun “dunia baru” yang tidak didasarkan pada hegemoni Barat.

Ia juga semakin mendorong agenda nasionalisme dan konservatisme sosial dalam negeri, termasuk menelurkan undang-undang yang menentang komunitas LGBTQ di Rusia.

BACA JUGA: Kematian Navalny, Lonceng Kematian Demokrasi di Rusia

Sebagai persona non-grata di antara para pemimpin Barat setelah invasi ke Ukraina, orang kuat Rusia ini berupaya beralih ke timur, merayu India dan China dengan iming-iming peningkatan ekspor energi.

Persona non-grata adalah istilah bahasa Latin dalam kancah diplomasi internasional yang berarti melarang orang itu hadir di suatu tempat atau negara.

Setelah mengalami kejatuhan pada 2022, ekonomi Rusia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada tahun lalu, meskipun mengalami inflasi tinggi, depresiasi rubel, dan peningkatan yang signifikan dalam belanja militer.

Konflik tersebut tidak mencapai tujuan utamanya untuk menjatuhkan pemerintahan Ukraina, dan sebagai akibatnya, Rusia mengalami serangkaian kegagalan yang memalukan karena kekuatan pertahanan dari pasukan Ukraina yang jauh lebih kecil.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada parade militer Hari Kemenangan yang menandai peringatan 78 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Lapangan Merah di Moskow, Rusia, Selasa, 9 Mei 2023. (Foto: Kremlin via AP)

Percaya Diri

Namun, dengan konflik yang kini memasuki tahun ketiga, Putin semakin percaya diri berbicara tentang prospek Rusia di medan perang. Padahal ia sebelumnya menghindari topik tersebut.

Pasukan Rusia berhasil menahan serangan balasan dari Ukraina, sementara terdapat keraguan apakah Kyiv mampu mempertahankan garis depannya mengingat Barat menunda bantuan pasokan militer yang sangat dibutuhkan.

Pada Februari, pasukan Rusia berhasil merebut bekas benteng pertahanan Ukraina di Avdiivka, yang menandai kemenangan wilayah besar pertama bagi Moskow setelah lebih dari satu tahun pertempuran untuk menguasai kota tersebut.

Hampir dua minggu setelahnya, pemimpin Kremlin menunjukkan sikap yang menantang dalam pidato kenegaraannya, bersumpah bahwa pasukannya akan bertahan hingga akhir.

“Mereka tidak akan mundur, tidak akan gagal, dan tidak akan mengkhianati,” tegas Putin. [ah/ft]