Presiden Yaman Terima Proposal GCC untuk Akhiri Krisis

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh

Rencana GCC meminta Presiden Saleh menyerahkan kekuasaan kepada seorang deputi, yang akan membentuk pemerintahan kesatuan.

Pejabat-pejabat pemerintah Yaman mengatakan, Presiden Ali Abdullah Saleh telah sepakat untuk menerima proposal dari mediator Teluk Arab yang meminta dia menyerahkan kekuasaan dan mundur dalam 30 hari.

Pejabat-pejabat Yaman mengatakan hari Sabtu pemerintah telah memberitahu enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) tentang penerimaan rencana itu oleh Presiden Saleh yang dipaparkan awal minggu ini.

Rencana itu meminta Presiden Saleh menyerahkan kekuasaan kepada seorang deputi, yang kemudian membentuk sebuah pemerintahan kesatuan dalam dua bulan. Anggota-anggota partai berkuasa akan menguasai setengah dari pemerintahan kesatuan itu, 40 persen oleh koalisi oposisi, dan selebihnya dikuasai oleh partai-partai yang tak punya afiliasi.

Sekjen GCC Abdullatif al-Zayani membeberkan rencana itu di hadapan Presiden Saleh hari Kamis. Rencana ini merupakan kiat untuk mengakhiri gejolak anti-pemerintah.

Kantor berita Reuters mengutip pemimpin oposisi Yaman melaporkan hari Sabtu bahwa mereka menerima prakarsa GCC itu namun tidak akan ikut dalam pemerintahan kesatuan.

Sementara itu, rakyat Yaman di seluruh negeri mengadakan mogok massal hari Sabtu untuk memrotes pemerintahan Presiden Saleh. Sejumlah dari mereka menggelar protes damai.

Sebelumnya, dalam pidato di sebuah akademi angkatan bersenjata, dia juga menuduh lawan-lawan politik berupaya meniru situasi di Mesir dan Tunisia, di mana gejolak anti-pemerintah berakhir dengan pengunduran diri presiden di kedua negara itu. Sementara itu, banyak orang Yaman melakukan pemogokan massal hari Sabtu. Beberapa orang berkumpul untuk melakukan protes damai.