Presiden Filipina Bertekad ‘Perkuat’ Hubungan dengan China

Presiden Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr., berjabat tangan dengan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) China Li Zhanshu di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 4 Januari 2023. Kantor Sekretaris Pers/Handout via REUTERS

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Rabu (4/1) mengatakan ia berharap akan memperkuat hubungan dengan Beijing dalam kunjungan kenegaraan pertamanya ke China sejak ia mulai menjabat.

China dan Filipina berselisih mengenai kawasan Laut China Selatan yang disengketakan dengan sengit. Marcos diperkirakan akan menandatangani kesepakatan di Beijing pekan ini untuk membangun komunikasi langsung mengenai isu-isu maritim.

Manila menganggap “penting sekali untuk … memperkuat hubungan antara China dan Filipina,” kata Marcos dalam pertemuan hari Rabu dengan anggota dewan terkemuka China Li Zhanshu.

Marcos, yang juga diperkirakan akan bertemu Presiden China Xi Jinping, mengatakan ia mengharapkan “kemitraan yang akan menstabilkan dan memperkuat seluruh ekonomi kita.”

Hingga 14 kesepakatan bilateral diperkirakan akan ditandatangani dalam lawatan Marcos, yang akan berlangsung hingga Kamis.

Pemerintah Filipina pekan lalu mengatakan kedua pihak akan menandatangani kesepakatan komunikasi untuk “menghindari salah perhitungan dan miskomunikasi di Laut Filipina Barat,” mengacu pada bagian Laut China Selatan yang diklaim Filipina.

Bendera nasional Filipina dan China terlihat bersama di dekat Gerbang Tiananmen saat Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr berkunjung, di Beijing, 3 Januari 2023. (Noel CELIS / AFP)

Marcos telah menegaskan ia tidak akan membiarkan China menginjak-injak hak maritim Filipina di wilayah itu, berbeda dengan pendahulunya, Rodrigo Duterte, yang enggan untuk mengkritik negara adidaya itu.

Filipina memerintahkan militernya bulan lalu untuk meningkatkan kehadirannya di perairan sengketa setelah laporan Bloomberg yang menyatakan bahwa China telah mulai mereklamasi beberapa daratan yang tidak berpenduduk di sekitar Kepulauan Spratly.

Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir keseluruhan Laut China Selatan dan telah mengabaikan putusan mahkamah internasional bahwa klaimnya tidak memiliki landasan hukum.

Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei memiliki klaim yang tumpang tindih terhadap beberapa bagian wilayah tersebut.

Marcos pada hari Selasa, sebelum bertolak ke China, mengatakan ia berharap dapat membahas “isu-isu keamanan dan politik bilateral dan regional.”

“Isu-isu antara kedua negara kita adalah masalah yang tidak dimiliki oleh dua sahabat,” ujarnya. [uh/ab]