Presiden Belarus Dilantik Meskipun Hasil Pemilu Diperselisihkan

Alexander Lukashenko diambil sumpahnya sebagai Presiden Belarus, di Minsk, Belarus, 23 September 2020. (Andrei Stasevich/BelTA/Handout via REUTERS).

Presiden Belarus Alexander Lukashenko memulai masa jabatannya yang ke-enam dalam upacara pelantikan yang tidak diumumkan sebelumnya.

Kantor berita pemerintah Beltra melaporkan bahwa upacara hari Rabu itu berlangsung di ibu kota Minsk, dengan dihadiri beberapa ratus pejabat tinggi pemerintah.

Upacara ini berlangsung setelah enam pekan protes massal menentang hasil resmi pemilihan presiden 9 Agustus yang menetapkan Lukashenko terpilih kembali setelah 26 tahun menduduki jabatannya itu. Oposisi di Belarus menentang pemilu itu yang disebut curang.

Menurut hasil resmi, Lukashenko, yang memimpin negara bekas Soviet berpenduduk 9,5 juta orang dengan tangan besi itu, meraih 80 persen suara. AS dan Uni Eropa juga telah mengkritik tindakan keras polisi dalam demonstrasi pascapemilu di Belarus.

Dalam upacara pelantikan itu, Lukashenko bersumpah akan “melayani rakyat Republik Belarus, menghormati dan melindungi hak-hak dan kebebasan rakyat dan warga negara.”

Setelah diambil sumpahnya, ia diberi kartu identifikasi sebagai presiden Belarus oleh ketua komisi pemilu pusat negara itu.

Penantang terkuat Lukashenko dalam pemilu, Sviatlana Tsikhanouskaya, meraih 10 persen suara, sebut hasil resmi. Ia tidak menganggap hasil pemilu itu sah. Begitu pula banyak negara Eropa dan ribuan pendukung Tsikhanouskaya.

Protes menuntut pengunduran diri Lukashenko telah mengguncang negara itu setiap hari sejak pemilu bulan lalu, dengan demonstrasi-demonstrasi terbesar di Minsk menarik kedatangan hingga 200 ribu orang.

Dalam tiga hari pertama protes, demonstran menghadapi penindakan yang brutal. Polisi menggunakan pentungan dan peluru karet untuk membubarkan massa. Beberapa demonstran meninggal. [uh/ab]