Polisi Selidiki Motif Setelah Penembakan Massal

Gedung Putih di Washington D.C., mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati para korban penembakan massal dalam dua insiden penembakan di Dayton, Ohio, dan El Paso, Texas, Minggu (4/8).

Dalam 13 jam pembunuhan massal di Amerika Serikat, dua penembak dalam insiden terpisah menewaskan 29 orang dan melukai puluhan lainnya, membuat pihak berwenang menyelidiki motif di balik kejadian itu.

Presiden Amerika Donald Trump hari Minggu (4/8) memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di semua gedung pemerintah selama lima hari ke depan, “sebagai tanda penghormatan serius bagi para korban tindakan kekerasan yang mengerikan” di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio.

Sepatu terlihat menumpuk di dekat lokasi serangan bersenjata di Dayton, Ohio pada 4 Agustus 2019. (Foto AP / John Minchillo).

Para pejabat mengatakan mereka akan mengupayakan hukuman mati bagi pelaku serangan di Texas yang mereka perlakukan sebagai tindakan terorisme domestik.

“Kebencian tidak ada tempat di negara kita,” kata Trump, Minggu (4/8) kepada wartawan. “Banyak upaya sedang dilakukan untuk mencegah serangan pada masa depan,” ujarnya.

Trump menyebut pembunuhan itu sebagai isu kesehatan mental dan dia berencana menyampaikan pernyataan yang lebih luas mengenai pembunuhan itu pada Senin pagi (8/5) waktu setempat.

“Negara kita berduka atas jatuhnya para korban penembakan yang tragis itu, dan kita juga ikut merasakan sakit dan penderitaan yang dialami oleh para korban luka dalam kedua serangan yang tak tidak masuk akal itu,” tambahnya.

Seorang pria bersenjata yang mengenakan rompi anti peluru dan membawa sejumlah magasin amunisi ditembak mati oleh polisi kurang dari satu menit setelah dia melepaskan tembakan pada Minggu pagi di area hiburan malam yang ramai di kota Dayton, Ohio. Penembakan membabi buta pria itu menewaskan sembilan orang dan melukai sedikitnya 27 orang, empat di antaranya serius.

Seorang prempuan meletakkan plakat untuk menghormati para korban penembakan massal di Walmart, El Paso, Texas, AS 4 Agustus 2019.

Polisi mengatakan mereka yakin hanya ada satu penembak dalam insiden itu, tetapi belum menemukan motif aksi tersebut. Mereka mengatakan pria bersenjata itu berkulit putih, dan demikian juga tiga orang yang tewas. Enam lainnya adalah warga Afrika-Amerika.

Kepala Polisi Dayton, Richard Beihl mengatakan, petugas berpatroli di distrik Oregon yang ramai, di mana bertebaran bar, restoran, dan teater ketika penembakan dimulai. Polisi segera menembak mati pelakunya dalam waktu 30 detik.

Penembakan massal di Ohio itu terjadi sekitar 13 jam setelah polisi di El Paso, Texas, sebuah kota perbatasan Amerika-Meksiko, mengatakan seorang pria bersenjata melakukan penembakan membabi buta di sebuah toserba Walmart, menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 26 orang lainnya. Pihak berwenang mengatakan serangan itu diselidiki sebagai aksi yang kemungkinan terkait dengan kejahatan kebencian rasial yang menarget warga Hispanik. [lt/ab]