Perekonomian yang Goyah Ancam Progres Pertumbuhan Bangladesh

Warga berbelanja di sebuah pasar di Dhaka, Bangladesh, pada 16 Juli 2021. (Foto: AP/Mahmud Hossain)

Pernah dipuji atas pencapaiannya dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial, Bangladesh kini bergulat dengan jalur yang rapuh di saat perekonomiannya yang goyah mengancam keberhasilan dalam upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan dengan susah payah.

Data terbaru dari badan statistik nasional mengungkapkan kenyataan pahit, yaitu kondisi ekonomi negara tersebut telah jatuh cukup jauh di bawah harapan.

Menurut Biro Statistik Bangladesh, produk domestik bruto (PDB) negara tersebut berkembang sebesar 3,78% di kuartal kedua tahun fiskal saat ini, sebuah penurunan yang mencolok dari pertumbuhan 7% yang tercatat di periode yang sama di tahun sebelumnya. Dengan bayangan inflasi di kisaran 10%, lanskap ekonomi Bangladesh kini tampak suram.

Produksi industri tumbuh sebesar 3,24%, yang tidak sebanding dengan pertumbuhan 10% pada periode yang sama tahun lalu. Demikian pula, sektor jasa tumbuh 3,06% pada kuartal kedua tahun fiskal 2024, kurang dari setengah tingkat pertumbuhannya yang tercatat satu tahun yang lalu. Kedua sektor tersebut menyumbang lebih 80% dari perekonomian Bangladesh.

BACA JUGA: Persaingan China vs Korea Selatan di Vietnam Meningkat

Kinerja yang lesu itu telah menyebabkan Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Bangladesh tahun ini menjadi 5,7% - lebih rendah dari pertumbuhan 6% yang telah diprediksi sebelumnya untuk Bangladesh.

Para ekonom seperti Debapriya Bhattacharya dari Center for Policy Dialogue di Dhaka, khawatir pertumbuhan yang rendah akan berarti lebih sedikit kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih rendah, yang akan sangat mempengaruhi masyarakat yang paling tidak mampu.

Namun Menteri Keuangan Bangladesh Hasan Mahmood Ali telah menepis kekhawatiran atas revisi IMF tersebut, dengan mengatakan reformasi yang dilakukan oleh pemerintah "mulai membuahkan hasil."

Bangladesh telah membuat kemajuan yang signifikan selama satu dekade terakhir, menurunkan tingkat kemiskinan dari 41,5% di tahun 2006 menjadi 18,7% di tahun 2022.

Cadangan mata uang asing telah berada di bawah tekanan sejak ekonomi dibuka kembali setelah pandemi COVID-19. Menurut angka bank sentral, cadangan devisa turun dari level tertinggi $48 miliar pada Agustus 2021 menjadi di bawah $20 miliar pada April 2024. [em/jm]