Pengadilan Inggris akan Putuskan Kasus Penjualan Senjata ke Saudi

Orang berjalan di reruntuhan sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Saudi yang dipimpin di Sana'a, Yaman, 2 Februari 2017. (Foto: dok).

Sejumlah organisasi HAM menggelar aksi pengadilan dalam upaya menghentikan pemerintah Inggris menjual senjata kepada Arab Saudi. Para pengecam menuduh koalisi pimpinan Saudi yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris, melanggar hukum internasional ketika membom wilayah sipil dalam pertempuran mereka melawan pemberontak Houthi di Yaman.

Duduk di lantai apartemen keluarganya di Sana'a, Zuhair yang berusia 13 tahun, menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan bekas luka yang baru saja sembuh. Dia mengalami luka pada sebagian besar tubuhnya.

Pada bulan Oktober tahun lalu, Zuhair dan keluarganya sedang menghadiri pemakaman seorang sheikh setempat. Lebih dari 1.000 orang memenuhi aula masyarakat ketika pesawat-pesawat tempur menembakkan dua misil ke gedung itu. Lebih dari 140 orang tewas dan 500 luka-luka.

Zuhair mengingat kembali saat-saat setelah ledakan. "Paman saya membopong saya," katanya. "Saya terbakar, wajah, tangan dan kaki saya sangat terbakar. Kemudian kami naik taksi rumah. Pakaian saya terbakar, semua badan saya terbakar."

Keluarga Zuhair tidak mampu membayar pengobatan dan dia tidak menerima perawatan medis selama dua minggu, sampai pekerja dari badan amal Save the Children membawanya ke rumah sakit setempat.

Organisasi HAM Human Rights Watch mengatakan bukti forensik dari lokasi pemboman menunjukkan misil berasal dari pesawat tempur Saudi, namun Riyadh telah membantah bertanggung jawab.

Intervensi militer yang dipimpin Saudi, didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris, ditujukan untuk melawan pejuang Houthi yang didukung Iran, yang mengendalikan ibukota Sana'a. Namun para pengecam mengatakan satu dari tiga serangan udara telah menghantam kawasan sipil, menewaskan ribuan orang.

Campaign Against the Arms Trade yang berbasis di London mengatakan Inggris telah menjual senjata senilai $ 4,1 miliar kepada Arab Saudi sejak konflik Yaman dimulai pada Maret 2015. Minggu ini kelompok tersebut mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintah Inggris. Juru bicara Kat Hobbs mengatakan senjata-senjata itu digunakan di Yaman.

"Kami telah menyaksikan panel ahli PBB mengatakan bahwa sepertinya ada penargetan yang luas dan sistematis terhadap warga sipil oleh Angkatan Udara Kerajaan Saudi dalam serangan di Yaman. Sekarang jika undang-undang pengendalian ekspor Inggris berlaku, maka pemerintah Inggris harus segera menghentikan penjualan senjata ke Saudi," ujarnya.

Pemerintah Inggris mengatakan masih mengkaji penjualan senjata ke Arab Saudi, dan bersikeras bahwa sudah menjalankan "sistem kontrol ekspor yang ketat." Tetapi pemerintah menolak mengomentari aksi pengadilan tersebut.

Menurut Fergus Drake dari Save the Children, konflik di Yaman telah menyebabkan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

"Ada 10 juta anak yang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan setengah juta anak mengalami kekurangan gizi akut. Jadi jelas ada pelanggaran hukum internasional di semua pihaki. Tapi Arab Saudi adalah sekutu utama Inggris, Inggris menjual senjata ke Arab Saudi, dan koalisi yang dipimpin Saudi membunuh anak-anak di Yaman," jelasnya.

Arab Saudi membantah sengaja menarget warga sipil. Pengadilan Tinggi Inggris diharapkan akan membuat keputusannya mengenai kasus ekspor senjata ini dalam beberapa minggu ke depan. [as/ab]